FaktualNews.co

Pelepah Pisang dan Kulit Jagung, Disulap Perajin Pasuruan Jadi Kaligrafi

Ekonomi     Dibaca : 2255 kali Penulis:
Pelepah Pisang dan Kulit Jagung, Disulap Perajin Pasuruan Jadi Kaligrafi
FaktualNews.co/Abdul Aziz/
Kreativitas Hari Wahyudi, seorang pengerajin Kaligrafi Berbahan Limbah Cangkang Telor Agar Cantik, dikombinasikan dengan Pelepah Pisang atau Kulit Jagung.

PASURUAN, FaktualNews.co – Bagi sebagian orang, cangkang telur ayam biasanya hanya dianggap limbah tak berguna. Namun di tangan Hari Wahyudi (52), asal Cangkringmalang, Kecamatan Beji, Kabupaten Pasuruan, cangkang telur ayam ini bisa diolah menjadi kerajinan kaligrafi yang cukup menarik dan banyak diminati pasar.

Dengan perpaduan kulit pisang ataupun kulit jagung, seni kaligrafi kreasi Hari banyak dikenal.Tulisan arab itu berbentuk timbul. Backgroundnya coklat seperti retak-retak. Sekilas, bentuknya tak jauh berbeda dengan seni kaligrafi umumnya. Namun, bila dicermati lebih dekat, akan terlihat perbedaannya.

Maklum, seni kaligrafi itu dibuat dengan bahan yang tak seperti biasa. Backround retak-retak, merupakan hasil tempelan telor ayam. Sementara tulisan arabnya, dibuat dari pelepah pisang ataupun kulit jagung. Hari Wahyudi, sudah lima tahun menekuni kerajinan kaligrafi. Dimana, bahannya berasal dari limbah telor ayam serta pelepah pisang dan kulit jagung.

Diakui Hari, awal berkreasi membuat kaligrafi dengan limbah itu, bermula dari banyaknya tumpukan cangkang telor yang dibuang di kampungnya, setelah telornya digunakan untuk kue.“Melihat banyaknya cangkang telur, saya berpikir bagaimana untuk memanfaatkannya. Karena kalau dibiarkan, jumlahnya bisa semakin menumpuk,” kenang Hari.

Ide itu akhirnya muncul ketika ia melihat seni kaligrafi. Ia pun terpikir, untuk berkreasi seni kaligrafi dengan menggunakan bahan telor sebagai background tulisan. Sementara tulisannya sendiri, semula ia menggunakan pasir.Tak mudah saat awal-awal untuk mencoba agar kreasi itu berwujud dan punya nilai seni.

Ia beberapa kali gagal untuk memasang cangkang telor di papan triplek.“Sempat beberapa kali gagal, karena masalah waktu dan kurangnya telaten untuk mewujudkan kaligrafi itu. Intinya, harus bersabar. Begitupun dengan saat mencuci cangkang telor itu agar tidak bau. Harus telaten juga karena harus penuh kesabaran,” ucapnya.

Hingga percobaan itu sesuai dengan yang diharapkan. Ia pun memajang, kaligrafi kreasinya. Siapa sangka, banyak saudara dan kerabat yang berminat untuk memesannya. Dari situlah, ia semakin getol untuk membuat kaligrafi berbahan limbah. Ia pun terus berinovasi dan tidak boleh gagal. Karena kegagalan baginya adalah suatu keputusasaan.

Terutama untuk bahan tulisannya. Jika semula menggunakan pasir, sekarang tidak lagi. Karena, ia lebih banyak memanfaatkan kulit pisang atau kulit jagung. Disamping mudah didapat, juga kelenturan bahannya yang bisa digunakan dengan bentuk apapun, juga warnanya yang sesuai “Alasannya, karena lebih menyeni,” kata Hari.

Menurut Hari, proses pembuatan kaligrafi dari cangkang telor tersebut, memang membutuhkan waktu agak lama. Paling tidak, dibutuhkan waktu seminggu lamanya. Paling lama, untuk memasang telor pada papan triplek.
“Pemasangan cangkang telor itu, satu persatu. Jadi cukup lama waktu yang dibutuhkan,” imbuh bapak tiga anak ini.

Usai cangkang terpasang seperti yang diharapkan, tinggal kemudian membuat tulisannya. Tulisan kaligrafi sendiri, sejatinya bisa dibuat terpisah. Karena, bila selesai, tinggal menempelkan pada papan triplek yang telah disiapkan.
Cara pembuatan tulisan sendiri, biasanya dilakukan dengan menempelkan kertas.

Selanjutnya, kertas tersebut ditulisi kaligrafi. Setelah model terbuat, tinggal pemasangan kulit pisang atau kulit jagung. Baru kemudian dipotong-potong sesuai tulisan yang telah dibuat.“Pelepah pisang itu sendiri, sebelumnya harus dikeringkan terlebih dahulu, agar mudah membentuk hurufnya dan tak rapuh. Paling tidak tiga hari,” tandasnya.

Usai semuanya dikerjakan, tinggal pemasangan ke triplek. Langkah terakhir adalah pengecatan. Hari menguraikan, pesanan produk kreasinya datang dari sejumlah daerah. Tak hanya merambah wilayah Kabupaten Pasuruan. Tetapi juga Malang, Sidoarjo bahkan Surabaya. Untuk memudahkan produksi, ia tak bekerja sendiri. Ia dibantu seorang karyawan, dalam menjalankan usaha

Harga kaligrafi yang dibuatnya, dibandrol bervariasi. Mulai dari Rp 100 ribu hingga Rp 2 juta. Bergantung tingkat kerumitan hingga besar kecilnya ukuran kaligrafi yang dibuat. Biasanya menjelang datangnya bulan Ramadhan dan Idul Fitri, permintaan meningkat dari berbagai daerah. Sekaligus ia juga selalu sediakan stok untuk penuhi pasar.

Baca berita menarik lainnya hasil liputan
Editor
Nurul Yaqin