FaktualNews.co

Perjuangan Bidan Desa di Sumenep, Memberikan Vaksinasi, di Tengah Gempuran ‘Penolakan’

Kesehatan     Dibaca : 1354 kali Penulis:
Perjuangan Bidan Desa di Sumenep, Memberikan Vaksinasi, di Tengah Gempuran ‘Penolakan’
FaktualNews.co/istimewa
Kegiatan imunisasi di Desa Lobuk, Kecamatan Bluto, Sumenep, Jawa Timur, oleh bidan desa, Endang Sulastri. (Dok. Bidan Desa Lobuk for FaktualNews.co).

SUMENEP, FaktualNews.co – Pemberian imunisasi difteri, pertusis, dan tetanus (DPT) sebaiknya tidak dilewatkan. Pasalnya, ketiga penyakit ini adalah penyakit serius yang disebabkan oleh bakteri. Ketiganya merupakan penyakit berbeda yang masing-masing memiliki risiko tinggi dan bahkan bisa menyebabkan kematian.

Pesan inilah yang selalu ditanamkan kepada para orang tua oleh Bidan Desa Lobuk, Kecamatan Bluto, Sumenep, Madura, Jawa Timur, Endang Sulastri, SST. Itu dilakukan saat menjalankan tanggungjawabnya memberikan penyuluhan kesehatan di desa dengan penduduk di atas tiga ribu jiwa ini.

Menurutnya, penyakit difteri sangat berbahaya karena mudah menyebar dari pasien yang sakit melalui mulut atau kontak kulit. Biasanya ada semacam putih putih di langit langit mulut, dan penyakit ini jika dibiarkan bisa mematikan. “Karena dari buruknya penyakitnya, makanya kalau terjadi penyakit difteri masuk dalam kejadian luar biasa (KLB),” terangnya kepada FaktualNews.co, ditemui di tempat praktiknya, Jum’at (4/1/2018).

Cara mengatasi agar KLB tidak sampai terjadi, lanjut perempuan berkacamata ini, dengan memberikan imunisasi kepada anak. Setiap orang diwajibkan untuk melakukan vaksin difteri dgn datang ke posyandu dan pada pelaksanaan ORI utk memberikan imunisasi lengkap dan ulangan. Ini untuk menghindari penyakit berbahaya pada putra atau putrinya tersebut.

“Caranya ya dengan imunisasi, kalau dulu DPT, DPT ini dari tiga penyakit yang diberikan dalam satu vaksin, misalnya penyakit difteri, terus pertusis yang dikenal batuk 100 hari terus menerus, dan tetanus. Cuma kalau DPT vaksinya lebih banyak untuk mencegah difterinya, kalau sekarang istilahnya imunisasi pentavalen,” terangnya.

Pemberian imunisasinya pun, anak harus dalam kondisi tubuh yang sehat. “Pemberian imunisasi itupun harus melihat kondisi anak, artinya anak harus sehat, tidak boleh dalam kondisi lemah,” sambung Endang.

Lain dari itu, yang menjadi tantangan berat sebagai bidan desa adalah memberikan pemehaman efek pasca pemberian vaksin. Karena sebagian besar anak mengalami rewel, demam hingga bengak.

Hal inilah yang berat menyadarkan para orang tua, khususnya di wilayah kerjanya yang notabene merupakan penduduk pesisir pantai, termasuk juga informaasi hoax di media sosial, yang mengatakan vaksin bisa sebabkan cacat dan kematian. Bahkan tak sedikit juga yang mempertanyakan kehalalan vaksin, turut menjadi kerikil sandungan perjuangannya.

“Awalnya banyak orang tua yang tidak mau imunisasi. Biasanya menimbulkan efek panas dan rewel, rewel kurang lebih dua hari. Ini yang butuh waktu untuk memberikan pengertian terhadap mereka,” tuturnya.

Untuk itu, pihaknya berhadap, masyarakat tidak takut terhadap efek Imunisasi Pentavalen, karena itu merupakan upaya memberikan kekebalan anak terhadap penyakit yang sangat menular dan berbahaya.

“Harapan saya, masyarakat tidak takut atas efek Imunisasi Pentavalen/DPT. Karena ada obat dan cara mengatasi panasnya, tapi takutlah pada penyakit difteri. Karena dengan imunisasi berarti ibu memberikan hal yang tak ternilai pada putra putrinya, karena telah memberikan kekebalan terhadap penyakit yg sangat menular dan berbahaya,” harapnya.

Namun, lambat laun, perempuan yang hampir 10 tahun bertugas di Desa Lobuk ini mengaku bisa menyadarkan masyarakat akan pentingnya imunisasi terhadap anak. Untuk menjaga kekebalan tubuh mereka dari serangan virus, dengan cara menambah pos pelayanan saat posyandu.

“Tantangannya berat, butuh enam bulan saya memberikan pemehaman kepada para orang tua disini, ya kita buat lebih dekat dengan menambah pos untuk pelaksanaan posyandu, yang biasanya hanya 5 pos, kita tambah, termasuk mendatangi langsung ke rumah warga. Jalan satu tahun Alhamdulillah 80 persen sudah mau, hingga saat ini desa Lobuk sudah 100 persen sadar akan manfaat imunisasi ini,” tuturnya dengan bangga.

Kunci sukses ibu Endang dalam memberikan pemehaman akan pentingnya imunisasi, dengan membuat dirinya lebih dekat dengan warga setempat. Bahkan ia mengaku tidak canggung untuk door to door ke rumah yang bersangkutan, untuk menyentuh hati mereka akan pentingnya imunisasi.

Sekedar diketahui, berita ini merupakan satu dari sepuluh tema terbaik dari INDEPTH REPORTING SUPPORT Program yang dikirim oleh sejumlah jurnalis terkait ORI Difteri Jawa Timur 2018. Dari pelaksana program media campaign ORI Difteri kerjasama Unair Surabaya – UNICEF, sebagai bagian mengkampanyekan pentingnya imunisasi bagi kesehatan anak-anak Indonesia

 

Baca berita menarik lainnya hasil liputan
Editor
Nurul Yaqin