SUMENEP, FaktualNews.co – Agenda studi wisata yang diprakarsai Camat Kecamatan Giligenting, ke beberapa objek wisata di Kota Malang selama dua hari terhitung sejak 4-5 Januari 2019 menjadi sorotan, lantaran dana yang digunakan diduga dibebenkan kepada delapan Kepala Desa (Kades) di kecamatan setempat.
Hal ini disampaikan sejumlah warga Kecamatan Giligenting saat menggelar aksi unjuk rasa di kantor Bupati Sumenep, Kamis (10/1/2019) mengkritisi program dadakan camat yang memboyong sanak keluarga, hingga anak kecil.
Mereka menuntut camat setempat segera dipindah tugaskan. Karena, diduga membebankan biaya kepada delapan Kepala Desa (Kades) program plesiran camat sebesar Rp 2 juta dengan dalih studi wisata.
Sumbangan Rp 500 Ribu Per Peserta
Farid Wajdi, Camat Giligenting saat dikonfirmasi FaktualNews.co membenarkan adanya dana yang dibebankan kepada masing masing desa Rp 500 ribu, dengan target utusan setiap desa empat orang.
“Biaya kita bebankan ke yang ikut, setiap desa mengutus 4 orang, setiap orang harus membayar Rp 500 ribu,” tuturnya melalui sambungan telepon, Kamis (10/1/2019).
Kendati demikian, mantan camat Arjasa ini mengaku uang kontribusi yang dikumpulkan dari para peserta tour tidaklah ideal, terlalu kecil.
“Sumbangan Rp 500 ribu setiap orang terlalu kecil itu, sebenarnya tidak cukup, tidak sebanding dengan fasilitas yang disediakan, karcis masuk wisata, makan, hingga penginapan, termasuk diberi kaos, kita tanggung semua, mereka tinggal duduk dari berangkat sampai pulang, selesai,” tuturnya.
Bus yang berkapasitas sekitar 60 penumpang, ternyata memboyong hingga 64 orang dalam studi wisata selama dua hari tersebut.
“Yang ikut dalam rombongan 64 semuanya, lebih 4 peserta dari target sebelumnya yang hanya 60 peserta, karena ada salah satu desa yang menggagalkan, ternyata ikut,” jelasnya.
Bahkan, kondisi yang melebihi kapasitas tersebut, diklaim Farid sudah diantisipasi dari awal dengan dilakukan himbauan kepada para kepala Desa, jika kapasitas bus hanya 60 penumpang. Dari total masing masih desa 4 utusan, selebihnya diisi oleh pihak kecamatan.
Target Memotivasi Kepada Desa
Lewat studi wisata, Farid menargetkan memberikan motivasi kepada delapan pucuk pimpinan di masing masing desa agar lebih peka akan potensi wisata yang dimiliki.
“Kami sebenarnya ingin memotivasi desa, agar mereka sadar akan potensi, sehingga nantinya diharapkan akan ada garapan objek wisata baru, dengan demikian diyakini dapat menunjang perekomonian warga setempat,” katanya.
Sebagai jangka panjang, Farid menargerkan terciptanya paket wisata dari beberapa tempat wisata yang sudah tergarap di Kecamatan Giligenting.
“Kami ingin, nanti ada paket wisata di Kecamatan Giligenting ini, seperti pantai sembilan Desa Bringsang yang sudah terkenal, nanti bisa dipaketkan ke Kahuripan sebagai penyedia wisata ruang terbuka hijau misalnya di Desa Galis, di Gedugan juga ada wisata pantai, termasuk juga nantinya jika sudah tergarap, ke wisata pantai Bringin desa Banmaling Giliraja,” jelasnya.
Mengunjungi Empat Lokasi Wisata
Kunjungan studi tour keluarga besar Kecamatan Giligenting selama dua hari di weekeng perdana bulan Januari 2019 tersebut diketahui mengunjungi empat tempat wisata.
Informasi yang berhasil dihimpun mdia ini, keempat destinasi wisata di Malang dan Batu yang dikunjungi antara lain, wisata Selecta yang berlokasi di Jalan Raya Selecta, Tulungrejo, Bumiaji, Kota Batu.
Rombongan juga bertandang ke Masjid Seribu Pintu, yang dikenal dengan keindahan arsitektur Masjidnya di Tiban Malang. Lokasi lain yang tidak luput menjadi jujukan adalah wasata keluarga paling hits, Jatim Park 3 dan Omah Kayu (rumah pohon) di kota yang dikenal dengan kelezatan apelnya ini.
“Yang kami kunjungi ada empat wisata, ke Selecta, Masjid Seribu Pintu dan Jatim Park 3, termasuk terakhir ke Omah Kayu,” tutur sumber terpercaya yang ikut dalam rombongan studi wisata tersebut, yang meminta namanya tidak dipublikasikan.
Warga Desak Camat Dipindah
Sejumlah warga, Kecamatan Giligenting, Sumenep, Madura, Jawa Timur, menuntut Camat Giligenting segera dipindah tugaskan. Karena, diduga membebankan biaya kepada delapan Kepala Desa (Kades) program plesiran camat sebesar Rp 2 juta dengan dalih studi wisata.
Bahkan, agenda studi wisata pun dinilai tidak serius, karena tanpa melibatkan Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis), pengurus BUMDes, dan sejumlah pihak yang inten mengembangkan destinasi wisata pulau setempat.
“Kami saja tidak pernah diajak musyawarah, apalagi dilibatkan dalam agenda yang katanya ke Malang untuk studi wisata itu,” tutur
Edi Susanto kepada sejumlah media, usai demo ke kantor Bupati Sumenep.
Mantan aktivis PMII Bangkalan yang saat ini menjabat ketua umum Pemuda Giat Wisata (PGW) pulau Giliraja ini menilai, ada etika yang sengaja diabaikan oleh camat yang baru menjabat di pulau Giligenting ini, karena sejatinya apapun yang berkenaan dengan agenda memajukan daerah, harus melalui musyawarah baik di tingkat desa, Kecamatan, maupun Kabupaten. Sehingga segala sesuatunya perlu dibahas dalam Musyawarah Perencanaan Pembangunan Desa (Musrenbangdes), tingkat Kecamatan maupun di Kabupaten itu sendiri.
“Kita kan ada Musrenbang, masuk enggak agenda studi wisata itu, jangan jangan cuma akal akalan camat saja untuk dapat berwisata gratis dengan membebankan biaya ke setiap desa,” tudingnya.
Bahkan yang membuat pihaknya sangat kecewa, dalam kegiatan tersebut Camat tidak melibatkan pihak-pihak terkait yang dinilai kompeten dalam pengembangan wisata, khususnya di daerah tersebut.
Sebaliknya, sambung Santo, yang diajak hanya orang-orang kepala desa. Bahkan beberapa masih anak-anak. Hal tersebut dinilai tidak singkron dengan tujuan awal kegiatan.
“Mestinya kami yang dilibatkan. Bukan kami ingin dianggap atau kami mau mendapat penghargaan dari Camat. Tapi aturan dan etika harus dipakai sebagai Camat. Karena Camat itu sebagai tumpuan kami selaku masyarakat Giligenting,” tandasnya.
“Intinya kami ingin Bupati mengganti Camat Giligenting. Kami ingin itu dilakukan secepatnya. Kalau aspirasi kami tidak ditindaklanjuti, kami akan datangi Kantor Kecamatan,” kata salah seorang massa aksi lainnya, Eko Wahyudi.