Tak seperti biasa, warung Yu Rusmini yang setiap hari rame pembeli, hari ini mendadak sepi sejak pagi. Yu Rusmini pun sedikit bingung dengan kondisi yang dihadapi. Man Gondo yang doyan makan, Lek Sumo yang lebih suka ngobrol ketimbang jajan, dan Cak Besut sendiri, bagai ditelan bumi. Ketiga sahabat ini seolah telah sepakat untuk tidak kewarung Yu Rusmini. Tidak hanya ketiga sekawan ini, bahkan pengunjung warung yang saban harinya datang dan pergi pun tak nampak sama sekali.
Praktis, warung Yu Rusmini yang kerap disebut Omah’e Wong Alit ini nampak lengang. Yu Rusmini melongok kotak uang tempat ia menyimpan hasil transaksi diwarungnya. Hanya selembar uang kertas sepuluh ribu hasil penjualan kopi dan camilan dari 2 pemuda desa yang siang tadi sempat singgah diwarungnya. Ya hanya dua pengunjung yang singgah hari ini.
“Nang ndi kabeh wong-wong iki…tumben sepi,” gumam Yus Rusmini dalam hati. Tiba-tiba suara parau laki-laki bertubuh besar berkulit hitam legam membuyarkan lamunan Rusmini.
“Ojo nglamum ae Yu, ndang gawekno kopi,” ujar pria berambut gondrong yang menambah sangar penampilannya.
“Oala sampean ta Cak Jembrak, kaget aku…piye kabare ? prei ta kerjo ne ? opo ta liburan ngentekno duit nang ndeso ?,” cerocos Yu Rus seperti biasa tanpa memberi jeda lawan bicaranya untuk menjawab.
“Sampean iku ngalah-ngalahno wartawan ae, oleh takon kok nrecel,” timpal Cak Jembrak.
“He…he…hee….guyon cak ket maeng sepi gak enek seng dijak ngomong…eh yo biasane sampean kan nang serbajol se, kok tumben nang omah ?,” seringai Yu Rus.
“Iyo Yu, wayahe moleh rencana ku balek nang Njomplang ben cedek anak bojo terus kebetulan aku nglamar nang Kadipaten jare butuh lowongan akeh khusus talang pati, sopo ngerti Yu diterimo,” Cak Jembrak menjelaskan.
“Oala Cak cocok lek penggawean iku gawe riko, gede ireng rambut gondrong pinter ngomong wes pokok pas,” tambah Yu rus.
“Lambemu Yu, ireng e ojo dipertegas,” sungut Cak Jembrak. Yu Rus yang mendengar jawaban Cak Jembrak hanya tertawa lepas.
Saat Cak Jembrak menikmati kopi goyang ala Rusmini, nampak Kang Kuntet turun dari motor dan memasuki warung sambil memesan secangkir kopi. Perbincangan semakin hangat ketika Kang Kuntet tahu maksud kepulangan Cak Jembrak. Ternyata Kang Kuntet sendiri tengah mengikuti seleksi sebagai penasehat Adipati Njomplang.
“Wah lek podo-podo ketrimo e berarti mben awak dewe iso dadi satu tim cak,” ujar Kang Kuntet sambil menyeruput kopi susu pesanannya.
“Lah iku tapi bedane sampean seng bagian resmi-resmi aku bagian seng gak resmi,” jawab Cak Jembrak. Keduanya pun tertawa lepas.
“Yo podo ae aku tetep bagian gak resmi ne,” tambah Kang Kuntet.
Yu Rusmini yang sedari tadi hanya menjadi pendengar setia langsung memotong pembicaraan. Ia penasaran atas istilah resmi dan tidak resmi yang dibicarakan Jembrak dan Kuntet.
“Memang e resmi karo gak resmi iku seng yok opo se cak ? kok tumben tugas-tugas Kadipaten resmi karo gak resmi, contoh e opo ae cak ?,” potong Rusmini.
“Ngene loh Yu, tugas Adipati ngurusi kadipaten iku abot, segala sesuatunya tidak serta merta diselesaikan secara resmi enek keputusan dan tindakan yang harus dilaksanakan secara tidak resmi,” ulas Kang Kuntet mengandung sejumlah pertanyaan.
Selain butuh tim penasehat yang bertugas sebagai pembisik Adipati dalam menentukan langkah-langkah strategis, fungsi talang pati seperti Cak Jembrak juga sangat dibutuhkan dalam sebuah pemerintahan, lanjut Kang Kuntet. Cak Jembrak menurut Kuntet nantinya akan ‘menjaga’, mengkondusifkan dan mengkomunikasikan dengan pihak-pihak luar dengan tujuan agar roda pemerintahan berjalan lancar.
“Oala mboh cak bingung aku, boso sampean-sampean iki terlalu duwur aku wedi kesaplok drone, engkok ae lek Cak Besut moro tak njaluk penjelasan,” cengir Rusmini.
Cak Jembrak yang sedari tadi tertawa, mulai angkat bicara.
“Oh yo Kang, krungu-krungu tahun iki jare PL an dikurangi habis-habisan, rencanae proyek-proyek iku akeh lelange timbang di PL no, terus nyambut gawe ku sebagai talang pati opo Kang ?bukannya lek wes lelang gak enek seng ditoto maneh gak enek seng harus dikondisikan karena kabeh tender bebas,” tanya Cak Jembrak.
“Rencanae ngunu cak, lek sido aku seng dadi koordinator e maneh, jare sopo lelang gak iso diatur, peno iku pura-pura ta ancen gak ngerti,” timpal Kang Kuntet. Tanpa menunggu Cak Jembrak, Kang Kuntet pun bercerita bagaimana proses tender bebas bisa diatur sedemikan rupa. Bahkan Kang Kuntet mengakui apabila permasalahan tersebut sempat diulas dalam sebuah pemberitaan dan konon masalah pengkondisian tender bebas telah dilaporkan ke lembaga antirasuah.Begitu mendengar penjelasan panjang lebar dari Kang Kuntet, Yu Rusmini pun langsung menyela.
“Loh-Loh Cak, sek…sek…kok serem ngunu…lah wes ngerti iku ngelanggar aturan kok peno-peno tabrak ae se, malah nglamar dadi pihak-pihak yang terlibat,” sergah Rusmini.
Keduanya hanya tersenyum kecut. Hampir serempak kedua orang ini mengatakan jika semua adalah tuntutan perut.
Yu Rusmini pun melanjutkan perkataannya. Ia berpesan agar keduanya jika terpilih menjadi orang-orang kepercayaan Adipati, lebih mengedepankan kepercayaan rakyat ketimbang kepentingan kelompok atau keluarga.
“Wes cak aku gak melok-melok iku urusan sampean kabeh, tapi lek iso masio ta kebagian tugas sebagai pembisik dan pengaman yo ojo nemen-nemen oleh e nyesatno,” tambah Yu Rusmini.
Berikan masukan-masukan yang rasional meski keputusan tertinggi berada ditangan pimpinan, lanjut Yus Rus.
“Tapi eleng Jare Cak Besut, Memaksa kebenaran kepada orang lain adalah cara yang tidak rasional, meskipun isi kandungannya sangat rasional,” tiru Yu Rus mengutip omongan Cak Besut.
* Cerita ini hanya fiktif belaka. Jika ada kesamaan nama tokoh, tempat kejadian ataupun cerita, itu adalah kebetulan semata dan tidak ada unsur kesengajaan.