PASURUAN, FaktualNews.co – Banyaknya sandal sebagai alas kali yang diproduksi pabrikan di sejumlah tempat. Tak membuat perajin sandal (home industri) di kawasan Dusun Karangbangkal, Desa Karangrejo, Kecamatan Gempol, Kabupaten Pasuruan, tak bergeming. Bahkan hampir seluruh warganya menjadi pembuat sandal, hingga mendapat julukan ‘Desa Sandal’.
Pembuatan sandal ini sudah lama dilakukan warga sekitar. Bahkan mata pencarian mereka sebagian besar adalah pembuat sandal yang hasil produksinya banyak dijumpai di pertokoan, kios atau stand di pasar tradisional hingga swalayan. Hasil tangan ulet pengrajin ini cukup bagus dan kuat, dan tak kalah dengan hasil produk pabrikan, karena kualitasnya juga tak jauh beda.
Salah satu warga Dusun Karangbangkal, Tatik (43) yang sudah 22 tahun menggeluti profesi sebagai pembuat sandal plus penjual. Setiap harinya, dia bersama sang suami, Ahmad Santoso (48) ikut terjun dalam setiap proses pembuatan sandal, mulai dari kulakan bahan hingga packing (mengepak sandal yang sudah jadi). Bahkan produknya merambah pasar luar daerah.
Selain itu ada belasan karyawan lain yang dipekerjakan olehnya dengan sostem borongan. Karyawan-karyawan itu tak lain adalah para tetangga sekitar tempat tinggal Tatik. “Lumayanlah bisa memberdayakan masyarakat sekitar, khususnya ibu-ibu yang paling banyak kami pekerjakan,” ujar Tatik, di sela-sela kesibukannya, Minggu (27/1/2019).
Menjadi pembuat sandal adalah turunan dari orang tuanya, yang pembuat sandal dan popular di Gempol, sehingga bakat yang diperoleh dari orang tuanya ia teruskan. Diakuinya pembuatan sandal yang telah digelutinya telah mampu menopang kehidupan rumah tangganya. Karena uletnya, banyak tetangga yang ikut merasakan ekonomi mereka ikut terangkat saat menjadi karyawan.
Untuk membuat sandal yang berkualitas dan menarik, Tatik tak kerepotan, meskipun bahan dasarnya adalah spon bekas yang dibelinya dari salah satu pabrik spon di Gempol. Harganya pun murah, yakni Rp 8000 untuk 1 kilogram, sehingga dirinya membeli dengan jumlah banyak, sesuai dengan jumlah pesanan yang datang kepadanya.
Menurut Tatik dirinya tidak pernah membuat sandal kemudian dijual ke pasar secara langsung, melainkan pesanan yang datang dari Gresik, Pasuruan, Mojokerto, hingga Batam dan Ujung Pandang. Ia mengaku tak ada waktu menjual ke pasar karena sudah kewalahan menerima pesanan. “Untuk pemasaran dibantu tetangga,” ucapnya.
Sandal yang dibuatnya yakni untuk anak-anak dan perempuan. Setiap sandal dihargai sesuai dengan jenisnya. Namun yang banyak diminiati yakni sandal ubur-ubur dan sandal OP, per pasangnya dijual seharga Rp 7.500 dan Rp 6.000. “Satu kodi isinya 12 pasang dan kami jual dengan harga Rp 320.000 per satu kodi. Jadi total Rp 96 juta sekali pesan,” urai Tatik.
Pemasarannya pun bisa tembus ke luar jawa. Bahkan banyak pesanan yang terus mengalir, apalagi menjelang bulan puasa. Dengan banyaknya pesanan menambah omzet, hingga mampu meraup keuntungan Rp 8 juta – Rp 10 juta tiap bulannya, tergantung banyaknya pesanan. “Lumayan hasilnya bisa buat tabungan anak dan bayar karyawan maupun beli alat,” imbuh Tatik.