Sidak DBD, Dewan Temukan Pasien Anak Dirawat di Lorong RSUD Jombang
JOMBANG, FaktualNews.co – Tren penyakit demam berdarah dengue (DBD) di Jombang, Jawa Timur, cukup mengkhawatirkan. Hal ini mematik reaksi dan keprihatinan tersendiri bagi DPRD Jombang.
Anggota Komisi D DPRD Jombang melakukan ispeksi mendadak (sidak) ke RSUD Jombang, Jumat (1/2/2019). Hal ini dilakukan untuk mengetahui sejauh mana kondisi dan pelayanan pihak rumah sakit menangani pasien DBD ini.
Dalam sidak ini, para wakil rakyat ini menemukan puluhan pasien DBD di ruang perawatan anak dirawat di lorong ruangan Seruni. Ketua Komisi D DPRD, Syarif Hifayatullah, mengaku prihatin melihat kondisi ini. Menurutnya, RSUD membutuhkan ruang lebih banyak lagi agar seluruh pasien bisa ditangani dengan standart pelayanan yang sesuai.
Namun demikian, meski dinilai overload, menurut pria yang akrab Gus Sentot ini, sejauh ini seluruh pasien bisa tertangani dengan baik oleh petugas. Sehingga sejauh ini, tidak ada kendala apapun meski puluhan pasien ini berada dilorong ruangan sepanjang 25 meteran secara berjajar.
“Saya akan memberikan informasi kepada pihak eksekutif bahwa inilah kenyataannya. Kita tidak bisa menutup mata bahwa memang RSUD butuh ruang yang lebih banyak lagi, sehingga tidak lagi dirawat dilorong dan tidak overload lagi. Tapi yang jelas tidak ada pasien yang tidak tertangani semua bisa dilayani karena memang rumah sakit tidak boleh menolak pasien,” ujarnya.
Saat dikonfirmasi mengenai data pasien DBD, Gus Sentot enggan memberikan komentar. Untuk menghindari kerancuan, dia meminta agar data DBD ini diambil di Dinas terkait. Sedangkan mengenai penetapan status KLB (kejadian luar biasa), dewan akan melakukan koordinasi dengan Pemkab Jombang. Sebab penetapan status KLB butuh syarat dan ketetentuan khusus yang harus terpenuhi.
“Termasuk mengenai berapa yang positif dan yang meninggal agar tidak rancu, data bisa dilihat di Dinas Kesehatan saja,” jelasnya.
Terpisah, Direktur RSUD Jombang, Pudji Umbaran mengakui, bahwa sebagain besar pasien anak ini dirawat di dalam lorong ruangan Seruni. Namun, menurutnya hal ini tidak mengurangi kualitas pelayanan. Seluruh pasien tetap bisa ditangani sesuai dengan standart pelayanan yang ada.
“Karena kita tidak boleh menolak pasien maka semua tetap kita layani dengan berbagai upaya, walaupun penyediaan tempat belum memenuhi standart namun tetap yang manusiawi. Memang ini lorong tetapi ini lorong di dalam gedung dimana angin dan hujan tidak bisa masuk, tetapi standart bed maupun obat-obatan atau cairan semua sesuai dengan standarisasi yang ada,” pungkasnya.