Bocah Autis di Mojokerto Dikira Disembunyikan Jin, Polisi: Meninggal Karena Tenggelam
MOJOKERTO, FaktualNews.co – Irfan Galih Nugroho (10), asal Dusun Perning, Desa Penring, Kecamatan Jetis, Kabupaten Mojokerto, Jawa Timur, meninggal karena tenggelam di kolam bekas galian. Bukan, karena disembunyikan mahluk halus.
“Meninggalnya karena tenggelam. Tidak ada bekas penganiayaan,” ujar Kapolsek Jetis, Kompol Subiyanto, Kamis (7/2/2019).
Menurut Kapolsek, Galih dinyatakan hilang sejak Selasa (5/2/2019) malam sekitar pukul 17.30 Wib, saat itu korban tiba tiba berlari kebelakang rumah saat disuruh salah satu saksi mata untuk pulang.
“Saksi mata menyebutkan korban ini, berlari seperti orang kesurupan ke arah kebun bambu di belakang rumahnya. Keluarga korban dan warga sekitar meyakini bocah autis ini disembunyikan makhluk halus jenis kalap darat,” tambah Subiyanto.
Setelah melakukan proses pencarian, korban baru ditemukan sekitar pukul 11.30 Wib di sebuah kubangan bekas galian batu bata dalam keadaan meninggal dunia.
Sebelumnya ditemukan meninggal dunia, dirinya juga mendapatkan informasi yang sama dari warga terkait penyebab korban mendadak berlari ke kebun bambu.
“Informasinya dari awal dibawa gendruwo. Karena diajak pulang temannya tidak mau, malah lari ke kebun bambu. Setelah itu temannya mengadu ke keluarganya. Warga mencari sembari memukul peralatan dapur hingga orang pintar namun, sampai subuh tidak ketemu,” terangnya.
Di lokasi di temukanya korban ini, berjarak sekitar 20 meter dari belakang rumah korban. Letaknya persis di sebelah utara kebun bambu. Terdapat jalan setapak melewati kebun bambu untuk menuju kolam bekas galian. “Tubuh korban mengapung saat sejumlah warga dan relawan mengaduk-aduk kubangan sedalam 3 meter itu dengan batang bambu,” kata Subiyanto.
Dijelaskan Kapolsek, kondisi Galih saat ditemukan, juga tak seperti korban tenggelam pada umumnya. Menurut dia, tubuh anak ini masih lemas. Perut korban juga tidak membuncit meski berjam-jam di dalam air.
“Kalau orang tenggelam kan biasanya perutnya membuncit, ini tidak. Kalau dibilang gaib ya bagaimana, saya juga tidak paham soal gaib,” pungkas Subiyanto.