Jare Cak Besut
Fogging, Pembunuh ataukah Pengobat Massal Demam Berdarah ?
Warung Kopi Goyang ala Rusmini beberapa hari ini tutup. Para penikmat kopi kelimpungan. Kopi Yu Rus yang seakan menjadi candu, beberapa hari ini tak lagi bisa dinikmati. Man Gondo, Lek Sumo, bahkan Cak Besut sendiri berusaha mengganti kopi Goyang Rusmini dengan mencoba kopi-kopi lain. Namun pelarian sesaat tersebut tak mampu menggantikan rasa kopi Goyang Rusmini.
“Jancuk, kangen kopine Yu Rus aku, nang ndi ae se wong iku, lek gak ngombe kopine ndas ku rasane pecah,” celoteh Man Gondo, sambil tetap duduk di bale bambu warung Yu Rus yang masih tutup.
“Iyo e, padahal aku wes coba ngopi nang nggon liyo, tapi lek durung ngombe kopi ne Yu Rus sirah rasane ngelu,” tukas Cak Besut.
“Kok peno-peno iku, aku malah nemen, bojo ku tak kongkon gawe daster seng bolong-bolong terus tak kongkon ngudek kopi sopo ngerti nemu citarasa kopi anyar, kopi wurung digawekno malah kenek clatu bojo ku jare wes tuwek polah e gak karu-karuan, akhire gelem gak gelem kopi nang omah tak tlateni ae timbang ketapuk parut perkoro ngombe kopi,” tambah Lek Sumo.
Begitu pula hari ini, warung Yu Rusmini juga belum menunjukkan tanda-tanda kehidupan. Tidak ada yang tahu kemana Yu Rusmini pergi. Matahari terus menyeringai, ia mulai menunjukkan keperkasaannya. Hawa dingin berselimut awan dipaksa menyingkir oleh sinarannya. Ketiga sekawan dan sejumlah penikmat kopi lainnya pun pergi satu persatu meninggalkan warung Yu Rus yang berdiri angkuh bak rumah hantu. Sama sekali ia tak memberikan senyum ramahnya pada pelanggan setia yang kerap memanfaatkan tubuhnya sebagai peneduh dari panas dan hujan.
Kehidupan kembali berjalan. Lek Sumo sudah berada ditengah kota menjajakan bakso keliling perkantoran. Man Gondo nampak menuntun motor bututnya ditengah areal persawahan. Nampak sekarung pupuk diatas jok motor yang sudah berlubang. Cak Besut sendiri terlihat berbaur dengan para pekerjanya di sawah.
Ketika Lek Sumo menjajakan bakso di areal Rumah Sakit Umum Kadipaten, sosok bahenol yang dicari para penikmat kopi nampak keluar dari salah satu ruangan. Dengan membawa sejumlah kertas, wajah sayu Yu Rusmini nampak samkin lesu karena lelah yang menggurat. Lek Sumo yang meilhat Yu Rus langsung menegur wanita bahenol pemilik Kopi Goyang ini.
“Loh Yu, lapo nang kene ? kenek opo Yu ? wong-wong podo goleki iku loh,” tanya Lek Sumo.
“Oala cak sepurane ancen warunge tak tutup, anak ku loro kenek Demam Berdarah, tapi alhamdulillah iki wes mulai munggah trombosit e, insya allah mben wes oleh moleh, warung langsung tak buka,” jawab Yu Rus.
Lek Sumo yang mendengar penuturan Yu Rus hanya bisa terperangah. Ia tak kuasa menahan kesedihan yang dialami Yu Rus.
“Sepurane Yu aku gak ngerti, yo wes seng sabar. Aku melok seneng anak riko gak opo-opo, ancene musime Yu, nang ndi-ndi demam berdarah merajalela,” kata Lek Sumo lirih.
“Oh ya cak sepurane yo aku tak ngurusi administrasi ne anak ku ben sek ya tak tinggal disek,” timpal Yus Rus sambil salaman dan meninggalkan Lek Sumo.
Kabar anak Rusmini terserang demam berdarah langusng menyebar seantero Kampung. Beberapa orang mulai berinisiatif untuk melakukan fogging mandiri. Namun hal ini dicegah oleh Cak Besut.
“Ngene loh fogging iku mateni nyamuk dewasa tapi gak iso mateni jentik-jentik. Dadi seng bener fogging tetap dijalankan tapi kudu onok PSN (Pemberantasan Sarang Nyamuk),” terang cak Besut dihadapan sejumlah warga.
Menurut Cak Besut prosedur dalam pencegahan demam berdarah yang benar, kerap dikesampingkan. Kebiasaan warga langsung melakukan pengasapan tanpa dibarengi dengan PSN adalah hal yang percuma. Dan apabila terus dilakukan, nyamuk bukannya mati malah lebih kebal dan serangan lebih ganas.
“Jadi prosedur yang benar itu sehari sebelum dilakukan fogging, kita harus lakukan PSN yakni dengan menguras tempat penampungan air, menutup dan mengubur plus menaburkan bubuk larvasida serta kegiatan yang bisa membunuh dan membongkar sarang nyamuk,” tukas Cak Besut.
Usai digelar PSN, barulah keesokan harinya dilakukan fogging. Seminggu berikutnya baru dilakukan fogging ulang. Dan PSN sendiri terus dilakukan secara kontinyu. “Selain itu perilaku hidup bersih dan sehat tetap menjadi faktor utama pencegahan penyakit demam berdarah,” tambah Cak Besut. Apabila prosedur ini dilakukan dengan baik maka fogging bisa berhasil. Namun jika tidak fogging justru menjadi sesuatu yang banyak mudhorotnya dikarenakan fogging sendiri bisa menjadi racun bagi manusia.
Jare Cak Besut :
Sungguh indah mawar merah
Mawar dipetik jangan diremuk
Untuk mencegah demam berdarah
Mari kita basmi sarang nyamuk