MOJOKERTO, FaktualNews.co – Merintis usaha bukanlah hal yang mudah. Namun jika ditekuni akan menuai hasil yang maksimal. Begitulah sedikit istilah yang bisa di gambarkan bagi Hartono, pria paruh baya berumur 52 tahun asal Desa Bejijong, Kecamatan Trowulan, Kabupaten Mojokerto.
Di usianya yang sudah menginjak kepala lima, Hartono, masih terlihat kuat memahat sebuah pola di atas kulit sapi yang telah dikeringkan. Tangannya begitu lihai saat memahat. Sorotan matanya tajam seakan tak ingin pahatannya keluar dari garis pola yang dibuat.
Selang beberapa jam, pola-pola itu telah berbentuk sebuah karakter pewayangan. “Saya sedang membuat wayang kulit karakter Ramayana,” ucapnya sembari asyik memahat garis-garis dikarakter pewayangan yang tak lagi banyak di gemari kaum milenial.
Hartono mengaku, telah menggeluti pekerjaan sebagai pengrajin wayang sejak tahun 1988. “Saya sudah membuat wayang sejak kecil, kalau dihitung kira-kira sudah 30 tahun,” jelasnya.
Awal mula dirinya membuat karakter pewayangan nampaknya sudah dimilikinya sejak dirinya masih tinggal di Solo, di tempat tinggalnya dulu. “Alhamdulilah sampai sekarang, berawal belajar dari melihat dan mencoba sampai saat ini saya bisa menghasilkan uang dari hasil jari payah saya selama menuruni pembuatan pewayangan dari kulit,” imbuhnya.
Selin itu, Hartono juga mengaku, sudah menggeluti pembuatan wayang kulit ketika duduk di bangku sekolah dasar. Awal belajar, tentunya wayang hasil karya Hartono bentuknya belum sempurna. Tetapi dia tak patah semangat dan terus belajar.
“Saat SMP saya sudah bisa membuat wayang sendiri tanpa bimbingan tetangga lagi. Bahkan, wayang buatan saya laku terjual,” ucapnya.
Dari situ, kemudian dirinya semakin bersemangat membuat wayang. Sekitar tahun 2003 dia memilih untuk merantau dan mengadu nasib. Namun tetap pada dasar pembuatan karya pewayangan. “Saya merantau ke Jakarta. Di sana saya membuka usaha pembuatan wayang. Setelah di Jakarta saya pindah ke Batam, Malang, Sidoarjo, dan terakhir berlabuh di Mojokerto,” tuturnya.
Pasang surut penjualan wayang sudah dirasakannya. Berbagai usaha dia lakukan agar usahanya tetap bertahan. Kini, Hartono tinggal memetik buah dari hasil kerja kerasnya. Dari hasil membuat wayang Hartono bisa mencukupi kebutuhan anak-anak dan istrinya, menyekolahkan hingga tamat, membeli sepeda motor, dan membeli sebuah rumah.
Kini ini, setiap bulan dirinya mampu mendapatkan keuntungan 5 sampai 6 juta dari 6 pesanan pewayangan yang ia buat. Kata Hartono, Wayang kulit hasil karyanya saat ini sudah hampir menyeluruh se-Jawa Timur.
“Untuk pemesan rata-rata di pesan oleh dalang, dan harganya sendiri juga cukup bervariasi, dari Rp 300.000 sampai Rp 2.500.000. Semakin mahal harga wayang semakin besar pula ukurannya. Katakter wayang yang paling banyak diminati pelanggannya adalah rata-rata tokoh Gatot Kaca, Kresna, Arjuna, Pandawa Lima,” tegasnya.
Untuk pembuatannya sendiri, satu karakter wayang membutuhkan waktu yang cukup lama sekitar 5 sampai 6 hari tergantung dengan ukuran. Sebab, Hartono membuat wayang dengan cara manual yakni menggunakan alat petel dan alat kerok kulit. Selain itu proses perendaman kulit dengan air tawar memakan waktu 12 jam lalu dijemur.
“Kalau wayang pesanan dalang saya berbahan dari kulit kerbau atau sapi karena kualitasnya lebih baik. Untuk wayang hiasan terbuat dari bahan kulit kambing. Saya mendapatkan bahan kulit itu dari pengepul yang berada di Gedeg, Kabupaten Mojokerto,” pungkasnya.