FaktualNews.co

Solar Terbatas, Nelayan Lekok Pasuruan Tak Bisa Melaut

Peristiwa     Dibaca : 1062 kali Penulis:
Solar Terbatas, Nelayan Lekok Pasuruan Tak Bisa Melaut
FaktualNews.co/Istimewa/
Nelayan yang harus mendapatkan solar di SPBN Lekok agar bisa melaut.

PASURUAN, FaktualNews.co – Kelangkaan solar untuk nelayan di kawasan Lekok, Kabupaten Pasuruan, Jawa Timur, lantaran minimnya pasokan bahan bakar untuk melaut, menimbulkan keresahan sejak beberapa hari ini. Bahkan nelayan harus kelimpungan, lantaran solar yang ada di Stasiun Pompa Bahan Bakar Nelayan (SPBN) Lekok, kerap kosong.

Akibat tak mendapatkan bahan bakar jenis solar untuk perahu maupun kapal motor penangkap ikan, akhirnya mereka terpaksa tak melaut untuk mencari ikan. Sementara untuk mengatasi permasalahan yang dialami, terpaksa kalangan nelayan membeli solar di SPBU dan pedagang eceran. Sedangkan harga solar di pengecer jauh lebih mahal.

Tak pelak, untuk ongkos melaut makin membengkak. Sedangkan untuk membeli solar eceran harganya per liter terpaut hingga Rp 1000 – Rp 1500. Padahal, pemerintah menetapkan harga premium (RON 88) dan solar subsidi untuk nelayan Rp 5.150 per liter di Jawa, Madura, dan Bali. “Ya bagaimana lagi terpaksa dibeli dari pada tak melaut,” ujar Fauzi, nelayan Lekok, Rabu (13/3/2019).

Sementara sejumlah nelayan lainnya berupaya dan berinisiatif agar tidak kehabisan stok, sejak pagi setiap harinya, mereka rela mengantri agar mendapatkan solar. Jirigen-jirigen milik nelayan ini nampak mengantri hingga sore. Namun bila sudah habis, mereka terpaksa harus mencari solar ke SPBU yang cukup jauh jaraknya.

Sementara itu, Kepala Bidang Kenelayanan Dinas Perikanan Kabupaten Pasuruan, Alamsyah Supriadi mengatakan, awal 2019, kuota solar SPBN nelayan di Kabupaten Pasuruan sudah ditambah. “Semula hanya 16 ribu liter per hari, kini menjadi 150 ribu liter. Namun sejak pertengahan Februari terjadi musim melaut dan permintaan solar menjadi cukup tinggi,” jelasnya.

Selain itu, yang menjadi masalah saat kuota solar habis tangki SPBN harus menunggu untuk diisi. Inilah yang membuat solar sampai kosong dan tidak bisa melayani pembeli khususnya untuk para nelayan. “Berbeda dengan SPBU yang tangkinya banyak, sehingga saat satu habis dan diisi, bisa menggunakan tangki yang lain,” terang Alamsyah.

Alamsyah menambahkan, terkait keluhan ini, pihaknya juga akan berkoordinasi dengan pihak Kementerian ESDM dan AKR. Menurutnya, sejak pihal SPBU membatasi pembelian solar yang menggunakan dengan jerigen, banyak nelayan yang akhirnya membeli solarnya di SPBN setempat. Sehingga, permintaan solar meningkat.

Baca berita menarik lainnya hasil liputan
Editor
Z Arivin