ACEH, FaktualNews.co – Masjidnya begitu mungil dengan bentuk bangunan menyerupai pendapa. Sekilas, bangunan yang diberi nama sementara dengan Masjid Arakan ini tampak baru.
Lokasinya tepat di tengah-tengah Integrated Community Shelter (ICS) Blang Adoe, Kuta Makmur, Kabupaten Aceh Utara dan menjadi pusat kegiatan religius umat Islam pengungsi Rohingya pada tahun 2015 silam.
Meski terlihat kecil, ruangan akan terasa luas ketika berada di dalamnya. Pembangunan masjid ini memang menggunakan teknik arsitektur tertentu sehingga menyebabkan orang merasa nyaman beribadah di dalamnya.
” Desain bangunan menjadikan masjid terasa luas, dengan hembusan angin menyejukkan,” tutur relawan lokal Aksi Cepat Tanggap (ACT) Laila Khalidah, beberapa waktu lalu.
Masjid ini dibangun dengan desain buatan Muhammad Noor Salikhin, yang merupakan arsitek pembangunan komplek ICS. Menurutnya, masjid tersebut memang sengaja dibuat terbuka.
“Konsep pembangunan masjid kami buat terbuka, karena menurut kami nantinya masjid ini multifungsi selain tempat ibadah juga digunakan untuk sarana berkumpul penghuni shelter, bisa juga digunakan sebagai tempat musyawarah,” kata dia.
Noor mengatakan dia sengaja membuat desain ruang tempat salat menyerupai ujung anak panah tanpa dinding. Hal ini agar sirkulasi udara dapat berjalan dengan lancar sehingga terasa sejuk meski di udara yang panas.
” Konsep bangunan masjid ini membuatnya bagaikan oase yang menyejukkan di tengah udara panas di Aceh Utara,” ungkap Noor.
Sementara nama Arakan dipilih dengan maksud tertentu. Menurut Leader Pembangunan ICS Sri Edi Kuncoro, maksud pemilihan Arakan menjadi nama masjid tersebut adalah untuk memicu semangat para pengungsi kembali berusaha sungguh-sungguh mendapatkan hak hidupnya.
Arakan merupakan daerah kelahiran para muslim Rohingya. Saat ini, Arakan sudah diakui menjadi negara bagian Rakhinee, Myanmar.