Dua Bangunan Kelas Ambruk, Siswa SD di Mojokerto Belajar Rumah Tukang Kebun
MOJOKERTO, FaktualNews.co – Potret buram pendidikan masih terlihat di Kabupaten Mojokerto. SD Negeri Mojoroto, Kecamatan Jetis, Mojokerto, dua atap bangunannya ambruk.
Untuk kelangsungan kegiatan belajar mengajar, mereka harus menempati bangunan tua rumah dinas Kepala Sekolah dibangun sejak tahun 1982 yang biasanya di tempati oleh tukang kebun. Selain sudah lapuk, para siswa siswi harus berdesakan untuk menjalankan proses belajar mengajar.
Pantauan di lokasi, bangunan yang digunakan untuk siswa kelas V dan VI berada di sebuah bekas rumah dinas Kepala Sekolah. Tepat di bagian depan rumah terdapat tulisan ‘INPRES 4/1982 RUMAH GURU SEKOLAH DESA MOJOROTO PELAKSANA ov JOYOBOYO’ yang menempel di dinding.
Bangunan tersebut memiliki ukuran panjang 12 meter dengan lebar 6 meter. Selain nampak kumuh dan beberapa atap plafon rapuh, dua ruagan yang masing-masing di bagian kamar dan ruang tamu digunakan untuk proses belajar mengajar.
Nampak satu ruagan yakni bekas kamar tidur dengan ukuran 3×3 meter persegi, yang digunakan siswa kelas VI. Di tempat ini mereka harus berbagi, satu bangku digunakan tiga siswa.
“Untuk siswa kelas lima dan enam, ditempatkan sementara di rumah dinas Kepala Sekolah, kelas enam berada di kamar, dan kelas lima berada di ruang tamu,” kata Setiyo Herysusanto guru kelas III dan IV SD Negeri Mojoroto Rabu (24/07/19)
Untuk ukurannya sendiri, kamar tidur yang dimanfaatkan untuk ruangan belajar memilik luas hanya 3×3 meter persegi yang di isi sebanyak 9 siswa. Sedangkan kelas 5 ditempatkan di ruangan tamu yang memiliki lebar 3×4 meter persegi dengan jumlah 12 siswa.
Ia menjelaskan, pindahnya para siswa, khususnya kelas lima dan enam lantaran ruangan kelas yang digunakan dalam sehari-hari ambruk sejak dua tahun yang lalu. Pihak sekolah memanfaatkan gedung yang ada, yakni bekas rumah dinas kepala dinas.
“Ya sejak dua tahun yang lalu, kelas lima dan enam menempati gedung dinas kepala sekolah, mau gimana lagi ini demi proses belajar mengajar tetap berjalan,” jelasnya.
Tidak hanya itu, selain kelas lima dan enam pengabunagan kelas juga terjadi di kelas III dan IV. Mereka harus belajar di dalam satu ruangan berukuran 8×5 meter persegi dengan sekat kayu.
“Jadi satu ruangan yang seharusnya di isi kelas tiga kita gabung menjadi satu degan kelas empat. Satu ruangan di isi 33 siswa siswi,” imbuhnya.
Menurutnya, Sekolah Dasar Negeri Mojoroto yang berdiri sejak 1981 kini memiliki 74 muri. Masing-masing adalah, kelas satu I sembilan siswa, kelas II tiga belas siswa, kelas III dua puluj siswa, kelas IV dua belas siswa, kelas V dua belas siswa dan kelas VI sebanyak enam siswa.
“Yang memilik ruangan kelas sendiri hanya kelas 1 dan 2, selebihnya di jadikan satu di rumah dinas,” tuturnya.
Dia menambahkan, sejak robohnya, bangunan kelas V dan VI pada 2018 yang lalu, pihak sekolah sudah beberapa kali mengajukan permohonan bantuan kepada pemerintah.Hingga sampai saat ini belum juga ada realisasi.
“Terakhir, saya mendapatkan informasi pada bulan Juni 2019 kemarin sudah di ACC dan akan dibagun pada September nanti, tapi kita tidak tahu ya semoga saja segera terealisasi,” ujarnya.