Harga Cabai Rawit di Pasar Tradisional Pasuruan Terus Meroket
PASURUAN, FaktualNews.co – Minimnya pasokan cabai rawit ke sejumlah pasar tradisional di Kabupaten Pasuruan, mengakibatkan harganya naik terus. Bahkan terus meroket hingga tembus Rp 75.000 per kilogramnya.
Bahkan di beberapa pasar tradisional, harganya terus mengalami kenaikan sekitar Rp 4 ribu sampai Rp 6 ribu per kilogramnya.
Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) Kabupaten Pasuruan, Edi Suwanto mengakui harga cabai rawit di sejumlah pasar belum stabil.
“Kenaikan ini murni karena kelangkaan stok dan minimnya pasokan dari petani. Kami pantau ke lapangan banyak penjual juga mengeluh omzet menurun,” terangnya, Rabu (24/7/2019).
Menurut dia, naiknya harga komoditi ini, karena petani enggan menanam lantaran pasca lebaran lalu, harganya sempat anjlok kisaran Rp 30 ribu.
“Dari hasil pantuan di sejumlah petani, mereka tidak mau tanam cabai rawit karena saat itu harganya menurun dan petani merugi, karena bersamaan dengan panen di sejumlah daerah,” ujar Edi.
Sehingga lanjut Edi, petani trauma. Mereka hanya pasif. Namun begitu sebagian petani menanam, justru harganya melejit, ditambah dengan minimnya panen di sejumlah petani cabai rawit.
Karena itu, pihaknya meminta agar masyarakat tak panik. Solusinya, harus ada campur tangan dari Pemerintah Provinsi Jawa Timur.
Artinya, komoditas ini jangan dipasok ke pasar induk di Surabaya saja, melainkan harus disebar ke daerah yang masih kekurangan. Sehingga di daerah tertentu, tidak mengalami kelangkaan cabai rawit yang bisa memicu lonjakan harga.
“Kalau ini diterapkan, harga bisa stabil dan masyarakat tak terbebani dengan kenaikan harga cabai ini,” katanya.
Dari pantauan di beberapa pasar tradisional, seperti di Pasar Sukorejo, harga cabai rawit mencapai Rp 66 ribu/kg. Padahal sebelumnya dijual Rp 61 ribu/kg.
Sementara di Pasar Bangil, harganya mencapai Rp 68 ribu/kg, kini naik Rp 3 ribu, dari sebelumnya Rp 65 ribu. Di Pasar Pandaan, cabai rawit dijual Rp 65.400/kg, semula Rp 60.700/kg.
