Peristiwa

Kerahkan Helikopter untuk Padamkan Api, 200 hektare Hutan di Gunung Welirang Hangus Terbakar

MOJOKERTO, FaktualNews.co – Upaya pemadaman api di Lereng Gunung Welirang yang menghanguskan hutan seluas 200 hektare, akan menggunakan skema water bombing atau penyiraman air dari udara dengan helikopter.

Hal itu diungkapkan kepala UPT Tahura Pacet, Kabupaten Mojokerto Adi, saat dihubungi melalui sambungan telepon. Dia mengatakan, hingga sampai saat ini titik api kebakaran di Gunung Welirang sudah berhasil dipadamkan.

Untuk mengantisipasi perluasan kebakaran, rencanaya akan ada pemadaman menggunakan skema water bombing atau penyiraman air dari udara dengan helikopter.

“Saat ini hellikopter sudah berada di Batu, besok rencanaya akan melakukan pembasahan, namun untuk waktunya masih belum diketahui,” ungkapnya.

Meski titik api sudah berhasil dijinakkan, tidak menutup kemungkinan api akan kembali menyala, sebab masih tersisa bercak api yang menyala di titik tertentu.

“Ini ada 4 petugas kemanan hutan yang sedang naik untuk memastikan titik api dan mencari lokasi untuk pembasahan besok,” terangnya.

Dia menjelaskan, bantuan pembasahan dengan skema water bombing atau penyiraman air dari udara dengan helikopter dilakukan setelah tiga wilayah menetapkan status tanggap darurat. Yakni Batu, Pasuruan dan Mojokerto.

Sedangkan luasan kebakaran di lereng Gunung Welirang mencapai 200 hektare hutan yang terbakar. Terhitung dari mulai atas gunung hingga kebawah. “200 hektare itu yang menentukan bukan saya, melainkan dari pihak Tahura R Soerjo,” jelasnya.

Dia menuturkan, titik api diketahui terjadi sejak Senin (29/7/2019). Meski api sempat berhasil dipadamkan, namun kencangnya hembusan angin membuat titik api kembali muncul. Berkat upaya dinas terkait dan para relawan titik api berhasil dipadamkan.

Sebelumnya, Kepala Pelaksana BPBD Kabupaten Mojokerto, Mochamad Zaini, menambahkan, sejak kemarin sedikitnya sudah ada sekitar 9,5 hektare dari jumlah total 10.287 hektare hutan yang terbakar.

“Potensi muncul titik api susulan masih ada karena tidak ada pembasahan,” katanya.

Menurutnya, karena posisi di atas gunung, pemadaman yang dilakukan tidak bisa maksimal, termasuk dalam penggunaan air. Seiring itu, setiap saat ada hembusan angin datang cukup kencang, secara otomatis aka nada muncul titik api baru.

“Karena alatnya masih manual. Kebyok dan sabit, sehingga jika ditinggal dan kena angin, api bisa muncul lagi,” tuturnya.

Belum diketahui pasti sumber karhutla (kebakaran hutan dan lahan) ini. Namun, Zaini menyatakan, titik api kali pertama terpantau terjadi di kawasan Tahura R Soerjo blok Sawahan Prigen, Kabupaten Pasuruan.

Banyak ranting dan dedaunan mengering membuat api dengan cepat membesar. Embusan angin diperkirakan mencapai 30 Km per jam menambah kobakaran api dengan cepat meluas. Arah angin ke barat membuat api cepat meluas ke wilayah Mojokerto.