FaktualNews.co

Kemarau panjang, Puluhan Waduk di Mojokerto mengering

Peristiwa     Dibaca : 898 kali Penulis:
Kemarau panjang, Puluhan Waduk di Mojokerto mengering
FaktualNews.co/Istimewa/
Salah satu waduk di Mojokerto yang air menyusut. (dok)

MOJOKERTO, FaktualNews.co – Kemarau panjang yang diprediksi bakal berlangsung hingga bulan Oktober mendatang, tidak hanya menyebabkan enam Desa di Tiga Kecamatan di Kabupaten Mojokerto mengalami krisis air, namun juga menyebabkan air di sejumlah waduk mengering.

Kepala BPBD Kabupaten Mojokerto, M. Zaini menegaskan, kemarau panjang yang terjadi tahun ini juga berimbas terhadap penyusutan air di sejumlah waduk. “Hasil pemetaan BPBD mencatat ada 50-an waduk yang mengering,” katanya.

Zaini menjelaskan, musim kemarau yang panjang tahun ini memang berpengaruh pada kekeringan yang sudah menjadi langganan setiap tahunnya. Bahkan, tak hanya berdampak pada lingkungan penduduk. Tidak adanya hujan kali ini juga berpengaruh pada menyusutnya air di sejumlah waduk. Waduk-waduk yang biasanya dimanfaatkan warga untuk pertanian saat ini banyak yang mengering.

“Tanah waduk menjadi retak-retak karena tidak ada suplai air. Ditambah cuaca sekarang ini cukup panas, padahal, puluhan waduk tersebut sejauh ini menjadi satu-satunya penopang warga dalam mencukupi kebutuhan untuk hewan piaraan dan lahan pertanian,” terang Zaini.

 

Salah satu waduk di Mojokerto yang mengering. (dok)

 

Dia menyebutkan, ada 61 waduk yang mengring di wilayah Kabupaten Mojokerto. Lima puluh di antaranya tersebar di wilayah utara sungai Brantas. Masing-masing ada 11 waduk di Kecamatan Jetis, 18 waduk di Kemlagi, dan 21 waduk di Kecamatan Dawarblandong. “Total luasan waduk yang terdampak sekitar 50-55 hektare,” tambahnya.

Kondisi tersebut dipastikan berpengaruh buruk terhadap pertanian. “Tentu juga akan berdampak pada pertanian, karena notabene cocok tanam kan memang butuh air,” tegasnya.

Selain, dropping air bersih sebagai upaya tanggap darurat, BPBD juga terus mendorong OPD teknis dalam hal ini PUPR untuk melakukan mitigasi struktural dalam bentuk civil teknis dan vegetative. Yakni, melakukan normalisasi pengerukan serta perbaikan fisik waduk. Utamanya yang ada di utara sungai. “Tak kalah penting adalah reboisasi tanaman yang berfungsi menyimpan air. Seperti bambu petung, mahoni dan lainnya,” tegasnya.

 

Baca berita menarik lainnya hasil liputan
Editor
Muhammad Sholeh