Santri di Mojokerto Tewas Dianiaya Senior, Pengurus Pondok Minta Maaf
MOJOKERTO, FaktualNews.co-Pengurus Pondok Pesantren (PP) Mamba’ul Ulum, Desa Awang-awang Kecamatan Mojosari, Kabupaten Mojokerto akhirnya angkat bicara soal kematian AR, korban penganiayan.
Sebelumnya pengurus Pondok Pesantren Putri Anisatul Fadilah (32) pada Selasa (20/8).
Sempat menampik tewasnya AR bukan karena dianiaya, melainkan tewas diakibat terjatuh dari lantai dua asrama santri.
Menurut Fadilah, AR terjatuh dari ketinggian sekitar 10 meter karena kelelahan usai mengikuti lomba gerak jalan HUT Kemerdekaan RI ke 74.
Namun polisi, setelah melalukan penyelidikan. menyebut AR meninggal karena dianiaya pengurus pondok inisial WN (17) di kamar korban, Desa Awang-awang, Mojosari, Senin (19/8) malam. AR dinilai melanggar peraturan pondok, keluar tanpa izin.
Pengurus Pondok Putra PP Mambaul Ulum Mahfudin Akbar alias Gus Didin (33) mengatakan, pernyataan yang dilontarkan Fadilah saat itu berdasarkan keterangan dari WN.
Menurut dia, Fadilah sempat menanyai santri asal Kecamatan Pacet, Mojokerto itu di depan IGD RSUD Prof Dr Soekandar, Mojosari, Mojokerto pada Selasa (20/8/2019) dini hari.
“Mungkin karena WN takut, makanya bilang ke Ning Fadilah, bahwa AR jatuh dari lantai dua asrama santri. Saya saat itu juga ketemu WN, tapi saya tidak sempat menanyai dia,” ungkapnya.
Ia mengaku mendapatkan kabar korban berada di rumah sakit dari seorang ustaz. Pasca penganiayaan terjadi, korban terluka parah dibawa WN dan temannya ke RSUD tanpa melapor ke pengurus pondok.
“Di tambah WN ini masih di bawah umur, sehingga tidak bisa mengurus administrasi di RSUD. Dan akhirnya dia kembali ke pondok membangunkan ustaz, lalu ustaznya ngabari saya sekitar pukul 04.00 WIB,” ujarnya.
Melihat kondisi AR terluka parah, Gus Didin mengaku fokus pada penyembuhan korban. Saat korban tewas di RSI Sakinah sekitar pukul 12.00 WIB, dia masih disibukkan urusan pemakaman jenazah.
Sehingga dia mengaku tak sempat mengorek keterangan lebih dalam terkait luka yang dialami AR.
Pengurus pondok memilih memasrahkan semua kepada pihak kepolisian, dan meminta maaf atas pernyataan yang kurang benar.
“Proses hukumnya kami ikuti, pesantren hanya mendamaikan keluarga korban dan pelaku, biar AR tenang. Biaya rumah sakit dan pemakaman sudah difasilitasi pondok,” tandasnya.