Korban Bisnis Money Game, Difabel Ini Mengaku Kepincut Doktrin “Ora Umum” PT Qnet
LUMAJANG, FaktualNews.co – Korban bisnis money game yang diduga dijalankan oleh PT Qnet, terus bermunculan. Terbaru, seorang difabel pun tak luput dari bujuk rayu leader dan motivator bisnis perdagangan uang dengan sistem piramida ini.
Penyandang disabilitas ini adalah Slamet, asal Munjungan, Kabupaten Trenggalek. Video Slamet yang menceritakan perjalanannya selama bergabung di PT Qnet diunggah ke grup Facebook milik Kapolres Lumajang, AKBP Muhammad Arsal Sahban oleh pemilik akun @Achmad Cbbtrenggalek Fauzi.
Dalam video tersebut, Slamet mengaku pernah bergabung di bisnis Qnet pada 2015 silam. Slamet mulai tertarik dengan dunia perdagangan piramida ini, setelah diajak oleh seseorang yang menawakannya sebuah pekerjaan di dunia sales.
Slamet mengaku kepincut bergabung di bisnis Qnet, lantaran motivator yang kerap melakukan doktrin di setiap presentasi yang dia ikuti dengan kata ‘ora umum’ hasil uang yang akan diperoleh anggota, jika terjun di bisnis tersebut.
“Selama tiga minggu saya tidak pulang, ikut presentasi terus dari satu kota ke kota lain, sampai akhirnya saya ikut dan membayar uang sebesar Rp 8 juta”, ujar Slamet, Senin (23/9/2019).
Dikatakan Slamet, dia harus menjual sawah orang tuanya agar bisa membayar Rp 8 juta sebagai salah satu syarat bergabung menjadi member Qnet.
“Saya mendapatkan berbagai macam produk, yakni kalung dan juga piringan yang terbuat dari kaca yang disebut cakra kesehatan,” tambahnya.
Pria yang bercita-cita memberangkatkan kedua orang tuanya pergi ibadah haji ini mulai berhenti dari bisnis perdagangan uang ini, setelah apa yang menjadi angan-angannya tak kunjung datang. Bahkan, Slamet juga sampai di beberapa daerah lain, seperti Kediri, Banyuwangi, namun juga tanpa hasil, karena tak pernah mendapatkan anggota baru.
“Teman saya ada yang ambil 16 slot, padahal satu slotnya itu Rp 8 juta. Saya sudah coba meminta kembali uang saya, tapi gagal. Tidak diberikan,” ungkapnya.
Kapolres Lumajang, AKBP Muhammad Arsal Sahban sangat menyayangkan penipuan berkedok bisnis tersebut. Kata dia, para pelaku bisnis piramida ini mayoritas menyasar kalangan ekonomi menengah ke bawah, lantaran sangat mudah untuk dilakukan doktrin cepat kaya.
Arsal menegaskan, akan terus melakukan penyelidikan kasus bisnis perdagangan uang dengan sistem piramida ini sampai tuntas.
“Mereka sangat tidak manusiawi. Dimana kebanyakan mereka menipu para calon anggotanya yang memiliki latar belakang pendidikan yang kurang maupun perekonomian yang bisa dikatakan pas-pasan. Seperti difabel ini, kan mereka yang seharusnya mendapatkan perhatian lebih dari orang normal, malah dengan keji diperdaya, hal ini sangat menyayat hati kita semua,” pungkasnya.