SIDOARJO, FaktualNews.co – Banyak cara bagi ibu-ibu untuk mengisi waktu dan menghasilkan uang. Seperi ibu-ibu di Desa Kalidawir, Kecamatan Tanggulangin, Sidoarjo ini, kemampuan dasar membatik yang sudah dimiliki sebelumnya, mereka kembangkan dengab belajar membatik shibori. Batik khas Jepang eksentrik.
Pelatihan membatik Shibori itu digelar Minarak Brantas Gas (MBG) untuk meningkatkan kapasitas ekonomi kreatif di desa tersebut.
Sebelumnya, Minarak Brantas Gas (MBG) menggelar pelatihan budidaya lele dan hidroponik.
Selain itu, dipilih Desa Kalidawir, karena sebelumnya di desa tersebut sudah ada Usaha Kecil Menengah Batik Celup Kalidawir. Sehingga warga yang ikut pelatihan itu rata-rata sudah memiliki ilmu dasar membatik.
Owner Gallery Rina (bidang texmo textile modifikasi) Surabaya, Katarina mengatakan, Batik Shibori sendiri dikenal sebagai produk tradisional khas Jepang. Proses pembuatan Shibori memang mirip dengan pembuatan batik.
Seperti halnya kain batik, proses pembuatan Shibori juga dibutuhkan bahan perintang untuk menahan warna agar tidak meresap ke bagian kain yang diinginkan. Bedanya, kalau bahan perintang untuk batik berupa lilin atau canting, maka shibori dibuat dengan cara dilipat atau disimpul.
Teknik pembuatan batik Shibori ini lebih mirip lagi dengan batik jumputan atau ikat celup. Ikat celup adalah teknik mewarnai kain dengan cara mengikat kain dengan cara tertentu sebelum dilakukan pencelupan. Di beberapa daerah di Indonesia, teknik ini dikenal dengan berbagai nama lain seperti pelangi atau cinde, tritik atau jumputan, serta sasirangan.
“Shibori ini pembuatannya gampang dan cepat. Apalagi seperti diketahui warga di Kalidawir sudah belajar batik jumputan atau batik dengan pewarna alam, sehingga mereka mudah mengerti,” kata Katarina, Rabu (25/9/2019).
Menurut Katarina, yang diajarkan kepada warga adalah teknik Shibori Itajime. Shibori Itajime ini dibuat dengan cara melipat dan menjepit kain di antara dua kayu. Selanjutnya mengikatnya dengan tali atau benang. Pola Shibori Itajime ini umumnya bernuansa kotak-kotak.
Batik Shibori yang dipelajari warga ini, lanjut Katarina, bisa dimodifikasi dengan batik yang sebelumnya sudah dipelajari warga. Sehingga diharapkan akan bisa muncul UKM baru untuk meningkatkan perekonomian desa dan keluarga.
Peserta yang mengikutinya, menyambut positif kegiatan ini. Mereka tertarik dan baru tahu, proses pembuatan batik Shibori sangat sederhana dan cepat. Maka, dia mengucapkan banyak terima kasih kepada tim pemateri serta Minarak Brantas Gas yang menyelenggarakan pelatihan tersebut.
“Batik Shibori ini sederhana dan cepat, cukup lima menit. Semoga tambah semangat membatiknya dan bisa menambah perekonomian keluarga,” kata Ketua UKM Batik Celup Kalidawir Rina Handayani.
Sementara itu, Public Relation Manager Minarak Brantas Gas Arief Setyo Widodo mengapresiasi ibu-ibu yang semangat mengikuti pelatihan ini. Arief berharap pelatihan shibori ini tidak sekadar menambah ilmu, tapi bisa mendorong ibu-ibu untuk membuka usaha menjadi perajin batik.
“Semoga bisa belajar membatik dengan baik dan bisa meningkatkan perekonomian serta apa yang menjadi harapan masyarakat Desa Kalidawir,” kata pria yang akrab disapa Yoyok tersebut.