Kepala Pusing dan Sakit Kepala itu Beda, Lho!
SURABAYA, FaktualNews.co – Orang sudah terbiasa merasa sakit di bagian kepala. Sakit kepala dan kepala pusing adalah dua hal kita anggap hanya dua nama dari sensasi yang sama. Nyatanya? Sakit kepala dan kepala pusing itu berbeda.
Berikut ini ulasan perbedaan sakit kepala dan kepla pusing yang dilansir dari Hello Sehat.
1. Sensasi yang muncul
Pusing dan sakit kepala memang sama-sama menyerang daerah kepala. Namun, sensasi yang muncul pada kedua kondisi tersebut berbeda.
Seseorang yang merasa pusing akan merasakan sensasi seolah akan pingsan atau goyah (gangguan keseimbangan), kepala terasa berat, penglihatan kabur, dan badan lemas. Bahkan kondisi ini bisa makin parah bila gejalanya menyebabkan seseorang merasa lingkungan di sekitarnya bergerak atau berputar kliyengan (vertigo).
Sementara seseorang yang mengalami sakit kepala, ada denyutan di sekitar kepala, baik itu sebagian (bagian samping kanan atau kiri) atau di lokasi kepala lainnya. Rasa sakitnya meliputi perasaan nyeri seperti dipukul-pukul atau kepala terasa diikat dengan kencang.
2. Berdasarkan penyebabnya
Ada dua jenis sakit kepala, yaitu sakit kepala primer dan sakit kepala sekunder. Sakit kepala primer biasanya disebabkan oleh aktivitas berlebihan atau adanya masalah pada struktur kepala yang sensitif terhadap nyeri dan juga adanya perubahan aktivitas kimia pada otak. Sementara sakit kepala sekunder terjadi karena adanya penyakit lain yang merangsang rasa sakit kepala muncul.
Sakit kepala primer memiliki beberapa tipe, yaitu:
- Tension headaches (kepala terasa nyeri seperti diikat tali ketat di sekitar kepala)
- Migrain (sakit kepala sebelah)
- Cluster headaches (sakit kepala parah yang biasanya terletak di sekitar satu area mata)
Kemudian untuk sakit kepala sekunder, beberapa penyakit dan kondisi yang mendasarinya, yaitu:
- Glaukoma (kerusakan saraf mata)
- Keracunan karbon monoksida
- Penggumpalan darah
- Tumor otak
- Mabuk atau keracunan alkohol
- Dehidrasi
- Stroke
- Serangan panik
- Perdarahan di sekitar otak
- Influenza (flu)
- Penggunaan obat sakit kepala berlebihan (rebound headaches)
- Kekurangan gizi
Sama seperti sakit kepala sekunder, pusing juga disebabkan oleh kondisi lain yang mendasarinya. Akan tetapi, pusing tidak memiliki perbedaan tipe seperti sakit kepala. Pusing bisa dirasakan pada seluruh bagian kepala, tidak cuma di beberapa bagian seperti sakit kepala.
Beberapa penyakit atau kondisi yang menyebabkan pusing, yaitu:
- Masalah pada telinga bagian dalam (vertigo)
- Vestibular neuritis (infeksi saraf vestibular)
- Penyakit meniere
- Buruknya sirkulasi udara
- Tekanan darah rendah
- Penyakit saraf seperti multiple sclerosis dan parkinson
- Anemia
- Hipertermia
- Kadar gula darah rendah
- Gangguan kecemasan
Dilansir dari Medical News Today, kondisi sakit kepala dan pusing bisa terjadi secara bersamaan. Kondisi ini biasanya terjadi pada migrain, cedera pada otak, dan kadar gula darah yang rendah.
3. Pengobatan yang dilakukan
Penyakit yang menyebabkan sakit kepala dan pusing memang berbeda. Maka, penting bagi pasien untuk memahami perbedaan antara sakit kepala dan pusing, agar pengobatan yang diberikan sesuai dan kondisi akan membaik nantinya.
Bila Anda merasakan salah satu kondisi tersebut, maka jangan salah memberikan keluhan Anda kepada dokter. Sebab, apabila yang rasa sakit yang Anda rasakan di antara kedua kondisi tersebut salah, diagnosis dan pemberian obat yang digunakan mungkin tidak sesuai.
Sakit kepala primer yang ringan bisa disembuhkan tanpa obat. Namun, ada juga yang perlu disembuhkan dengan menggunakan obat pencegah timbulnya nyeri sakit kepala, seperti beta blocker, antidepresan trisiklik, atau agonis reseptor serotonin. Selain itu, beberapa pengobatan alternatif seperti akupuntur, meditasi, terapi perilaku kognitif juga bisa membantu mengobati sakit kepala.
Sakit kepala sekunder biasanya memerlukan tes kesehatan lebih lanjut untuk mendapatkan penyebab sakit kepala yang mendasarinya. Untuk itu, perlu rekomendasi dan konsultasi dari dokter terlebih dahulu. Begitu juga dengan pusing, Anda mungkin harus melakukan pengobatan sesuai dengan kondisi atas penyakit yang mendasarinya.