TRENGGALEK, FaktualNews.co – Sesuai data di Dinas Sosial P3A Kabupaten Trenggalek, tercatat ada 33 KK sebanyak 55 orang warga asal Trenggalek, korban konflik sosial di Wamena yang telah pulang ke Trenggalek beberapa waktu lalu.
Menyambut kepulangan warga pengungsi Wamena asal Trenggalek, Bupati Trenggalek, Mochammad Nur Arifin mengundang untuk bertemu di Pendopo Manggala Praja Nugraha.
Kegiatan tersebut dihadiri Forkopimdan dan jajaran OPD, yang dikemas dengan agenda ‘Bupati Trenggalek Menggelar Audiensi Bersama Warga Wamena Asal Kabupaten Trenggalek’.
Bupati Trenggalek, Moch.Nur Arifin mengatakan, sebelumnya pihaknya juga mendatangi ke Papua guna melihat langsung kondisi warga Trenggalek yang ada di posko pengungsian. Sekaligus membantu dalam memfasilitasi kepulangan mereka.
Menurutnya, tujuan agenda besar ini untuk memberikan pengertian kepada korban konflik di Wamena asal Trenggalek, baik pemulangannya naik peawat atau kapal.
“Kemudian kita data dan dikonekkan dengan OPD terkait yang membutuhkan Adpinduk, sekolah, termasuk mendata mereka yang menginginkan kembali ke Wamena,” ungkapnya, Minggu (27/10/2019).
Selain itu, lanjut Arifin, pihaknya juga menyerahkan bantuan kepada warga asal Trenggalek yang sebelumnya berada di Wamena Papua.
Menurutnya bantuan tersebut diantaranya berupa pengganti biaya transportasi kepulangan masing-masing sebesar Rp. 2,5 juta bagi yang menggunakan pesawat dan Rp. 1 juta bagi yang menggunakan kapal laut.
“Kita juga berikan bantuan berupa sembako, alat kelengkapan sekolah, hingga layanan trauma healing untuk pemulihan psikologis. Serta layanan administrasi kependudukan maupun pendidikan bagi yang masih berusia sekolah,” terangnya.
Pada kesempatan itu Kapolres Trenggalek, AKBP Jean Calvijn Simanjuntak, juga berpesan kepada para pengungsi untuk segera melupakan kejadian yang telah terjadi.
” Mari kita bersama-sama berdoa dan berharap hari depan lebih baik dari hari yang kemarin,” tuturnya.
Calvijn juga menyinggung tentang pentingnya trauma healing kepada pengungsi Wamena. Dan perlu dilakukan pendampingan agar psikologis mereka terpulihkan.
“Meskipun wajah anak-anak ini ceria, namun pasti ada rasa trauma yang membekas. Sehingga perlu dilakukan pendampingan trauma healing, dengan begitu psikologis mereka dapat terpulihkan,” pungkasnya.