Perdebatan Panas LGBT, UNEJ MUN 3.0 Gelar Sidang Simulasi PBB
JEMBER, FaktualNews.co – Komunitas Lesbian, Gay, Bisex, and Transgender (LGBT) menjadi salah satu perbincangan panas di dunia, utamanya setelah maraknya legalitas pernikahan sesama jenis di beberapa negara Hungaria dan Austria termasuk negara yang melegalkan pernikahan sesama jenis.
Walau pun demikian, diskriminasi terhadap kaum LGBT masih sering terjadi. Bahkan di Arab Saudi, pemerintah menerapkan hukuman mati kepada orang-orang LGBT.
Membahas mengenai LGBT, banyak sekali pro-kontra di dalamnya, sehingga cocok sekali menjadi topik dalam UNEJ Model United Nations (MUN) 3.0 yang diselenggarakan oleh Badan Semi Otonom Model United Nations (BSO MUN) dibawah Himpunan Mahasiswa Ilmu Hubungan Internasional (HIMAHI) Universitas Jember pada hari Senin hingga Selasa (25-26/11/2019).
UNEJ MUN 3.0 merupakan acara simulasi sidang Persatuan Bangsa-Bangsa (PBB) yang diselenggarakan BSO MUN ketiga kalinya. Di bawah United Nation Human Rights Council (UNHRC), UNEJ MUN 3.0 mengangkat topik “Ensure LGBT Rights Toward the Effectiveness of Same-Sex Marriages Legalization”.
Perlu ditegaskan, simulasi sidang PBB atau MUN itu sendiri menjadi wadah seseorang untuk berperan menjadi representasi suatu negara. Dalam hal ini, setiap representasi negara bisa menjadi bagian golongan pro maupun kontra.
Total terdapat 27 negara yang mengikuti UNEJ MUN 3.0 meliputi Italia, Inggris, Togo, Tunisia, hingga Nigeria.
Acara ini diikuti oleh berbagai Universitas se-Indonesia seperti Universitas Jember, Universitas Sebelas Maret, Universitas Airlangga, Universitas Brawijaya, Universitas Pembangunan Nasional, hingga Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.
Terdapat dua blok besar yang sangat berlawanan yakni blok negara-negara liberal dan blok negara-negara yang kontra dengan LGBT. Satu di antara momen yang menarik perhatian adalah perdebatan antar aliansi. Arab Saudi misalnya, menentang LGBT karena hal tersebut sudah berlawanan dengan hukum syariah Islam.
Sementara itu, Nigeria menolak LGBT karena alasan kesehatan seperti semakin tingginya jumlah penderita HIV/AIDS.
“Tentu saja legalitas pernikahan sesama jenis tidak efektif, hal ini justru meningkatkan penyebaran penyakit seperti HIV/AIDS”, ujar delegasi dari Nigeria.
Di sisi lain, India melihat LGBT dari sisi kemanusiaan. Mereka ingin melindungi, memberikan keamanan serta kenyamanan, dan memastikan hak-hak LGBT terpenuhi, tetapi memilih untuk tidak mendukung legalisasi pernikahan sesama jenis.
Berbeda dengan Austria yang benar-benar ingin menjamin hak pernikahan sesama jenis. Perdebatan semakin memanas saat Chair menayangkan video Crisis mengenai seorang anak adopsi dari pasangan lesbian asal Austria dan Hungaria, bernama Alex Abdulchoir.
Alex dan kedua orang tuanya tinggal di Arab Saudi sejak 1993 dan di tahun 2019, kedua orang tuanya dihukum mati oleh pemerintah Arab Saudi.
Perdebatan terus berlanjut hingga procedural voting dari perumusan Draft Resolution. Kedua aliansi sama-sama kuat sehingga selisih suara antara dua aliansi hanya terpaut empat suara