PROBOLINGGO, FaktualNews.co – Selain Pantai Permata Pilang, destinasi wisata yang masih lagi proses pembenahan di Kota Probolinggo adalah Wisata Kampung Nila. Berdomisili di jalan Anggrek atau Jalan Lingkar Utara (JLU) Rt 7 RW 7, Kelurahan Sukabumi, Kecamatan Mayangan, kota setempat.
Tempat wisata yang digagas Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) dan tokoh pemuda serta didukung tokoh agama, kini tengah dipermak. Pelaksana pekerjaannya adalah masyarakat setempat, terutama pemuda. Bahkan biaya untuk mewujudkan keinginan tersebut hasil iuran warga.
Agar keinginan untuk memiliki tempat wisata tidak kandas di tengah jalan dan tak ingin dikatakan hanya retorika, warga setempat kemudian membentuk kelompok. Diberi nama, Forum Peduli Kamung Nila yang dikomandani Bayu Setiyawan (37). Forum inilah yang akan memermak dan membenahi kampung kumuh menjadi lokasi wisata yang mempesona.
Jika melihat kondisi saat ini, keinginan warga tidaklah berlebihan. Sebab, kini kampung yang menempati lahan milik pemkot ini, embrio wisatanya sudah ada. Selain sudah bersih, kampong yang bersebelahan dengan tempat pembuangan akhir (TPA) tersebut sudah tertata apik. Sebagian empang atau tambak sudah tampak rapi, dan ada jogging track yang terbuat dari cor.
Bahkan, sudah dibangun tempat pertemuan berlatar luas yang disana-sing tumbuh aneka jenis tanaman dan bunga. Tak ketinggalan, pintu masuk ke lokasi tambak dan perkampungan, lebar dan luas. Di pinggirnya tumbuh aneka warna bunga dan pagar serta dinding rumah warga sudah ada yang dicat warna-warni.
Saat wartawan ini berkunjung, Kamis (13/8/2020) pagi, tampak aktivitas pemuda dan warga. Ada yang mengecat dindingnya dengan aneka gambar tiga dimensi, sebagian ada yang menggarap posko atau Gazebo dan sebagian lagi ada yang merancang tempat bakar ikan, berikut cerobong asapnya.
Ketua Forum Peduli Kamung Nila Bayu Setiyawan berterus terang, kampungnya pernah dapat program Kotaku (Kota Tanpa Kumuh). Karenanya, sebagian kampungnya sudah rapid an tanpak bersih. Berangkat dari situlah, warga mau diajak bersih-bersih rumah dan halamannya sendiri. Bahkan, bersedia merogoh koceknya sendiri demi mengubah kampung kumuh menjadi lokasi wisata.
“Kampung kami pernah mendapat SK kampung paling kumuh dari Wali kota. Ya, beneran itu,” ujarnya.
Namun, stempel itu, kini sudah luntur, bahkan sudah tidak berbekas. Berkat kerja keras warga yang berkeinginan menjadikan kampungnya lokasi wisata Kampung Nila. Saat ditanya, mengapa memilih wisata kampung Nila ?. Bayu, begitu biasa dipanggil, karena pendukungnya tersedia di kampungnya. “Di belakang kampung kami, ada tambak. Sekarang sudah ada yang budidaya ikan Nila,” ujarnya.
Bahkan, warga setempat telah menghibahkan tambahnya seluas 1,5 hektar ke warga. Tambak yang sudah jadi dan tinggal memermak itu, rencananya akan ditebar ribuan ikan Nila. Di tengahnya akan dibangun gazebo atau warung asap ikan Nila.
“Pengunjung bisa makan ditengah tambak. Ikannya, ya ambil ditambak,” imbuhnya.
Nantinya, juga akan dibangun jogging track, sehingga pengunjung bisa jalan-jalan ditambak dan sampai ke hutan mangrove dan pantai. Dalam waktu dekat, pihaknya akan segera membuka warung ikan asap yang tempatnya di rumah warga.
“Tinggal menunggu selesainya cerobong dan alat pengasapan ikannya. Kalau tempatnya, sudah ada. Dikelola warga sini,” bebernya.
Sementara itu, Kepala Pokdarwis yang juga ketua lembaga Pemberdayaan Masyarakat (LPM) setempat Muhamad Soleh, apa yang diinginkan warga, akan segera terlaksana. Mengingat, warga kampong Nila mau diajak mempersiapkan wisata Kampung Nila.
“Warga sini mau bekerja dan mengeluarkan biaya sendiri. Meski miskin,” katanya.
Ia akan memperjuangkan demi tercapainya keinginan warga dengan berbagai cara. Termasuk meminta bantuan ke Pemkot, Pemprov dan CSR perusahaan.
M Soleh bersama ketua Forum Bayu, telah mempersiapkan Forum Peduli Kampung Nila, berbadan hukum. “Legalitas forum juga perlu diperhatikan. Agar dikemudian hari tidak bermasalah,” pungkasnya.