Wisata

Menelusuri ‘Kampung Dalang’ Kota Probolinggo dan Keluh-kesah Warganya

PROBOLINGGO, FaktualNews.co – Lingkungan RW 5, Kelurahan Kebonsari Kulon, Kecamatan Mayangan, Kota Probolinggo, Selasa 17 Maret 2020 mendatang akan didatangi tim penilai Provinsi Jawa Timur. Lingkungan tersebut mewakili Kota Probolinggo dalam ajang Lomba Kampung Berseri.

Tidak seperti lainnya, warga RT 2 dan RT 3 RW 5, kelurahan setempat pada Minggu (15/3/2020) tidak keluar rumah untuk bersantai bersama keluarga. Tetapi kegiatan mereka adalah mempersiapkan lomba Kampung Berseri yang akan diikuti. Sebagian besar warga memermak kampungnya agar tampak lebih cantik dan asri.

Seperti yang dilakukan warga RT 2 yang dimotori istri ketua RT setempat, ibu Wiwin (48). Warga yang sebagian besar masih satu keluarga tersebut mengecat gang dan paving pelataran serta menambahi pot atau vas bunga. Sebagian lagi, ada yang menyiapkan konsumsi dan membuat pot bunga dari botol bekas minuman.

Bu Wiwin menjelaskan, apa yang dilakukan dalam rangka persiapan lomba Kampung Berseri yang akan diikuti, Selasa (17/3) mendatang. Lingkungannya ditunjuk mewakili Kota sebagai peserta lomba. Karena juara pertama kampong tematik yang digebyar pemkot.

“Bukan hanya RT kami. Gang sebelah RT 3 juga dilibatkan. Lingkungan RW 5,” tandasnya.

Di balik keguyuban dan keceriaan memperindah dan mempercantik kampungnya, ada rasa kecewa yang seharusnya tidak terjadi. Namun ganjalan dan hambatan tersebut tidak begitu diseriusi, warga tetap saja bekerja setulus hati. Demi mengangkat nama kampung khususnya dan Kota Probolinggo pada umumnya.

“Tidak ada sumbangan atau bantuan dari siapa pun. Termasuk dari kelurahan, kecamatan, bahkan Pemkot,” ujar bu Wiwin.

Meski tidak mempermasalahkan, warga berharap ada bantuan dalam bentuk apapun. Jika tidak ada yang membantu sekalipun, persiapan mengikuti lomba tetap berjalan. Tak hanya persiapan lomba, dari awal pihaknya belum menerima bantuan.

Sedari awal hingga Kampung Dalang terwujud, tak ada sentuhan sama sekali dari pemerintah. “Swadaya warga. Mulai dari awal sampai sekarang. Tapi nggak masalah, kita tetap jalan,”
imbuhnya.

Bu Wiwin kemudian menceritakan dari awal hingga kampung Dalang terwujud. Menurutnya, tidak ada yang megawali, tapi kegiatan memanfaatkan barang bekas menjadi pot dan vas bunga mengalir begitu saja. Warga pun banyak yang menanam bunga atau tanaman lain di pot terbuat dari bahan bekas.

“Nah dari situlah kemudian kampung kami diberi nama Kampung Dalang,” jelasnya.

Kata Dalang merupakan akronim dari Daur Ulang. Dimana, seluruh pot atau vas bunga terbuat dari barang bekas. Seperti, wadah cat kayu, besi, genteng dan cat tembok, timba atau ember, botol dan gelas baik yang terbuat dari beling (kaca) maupun dari plastik. Bahkan pot berbahan batok kelapa juga ada. Bahan yang tidak terpakai dan terbuang tersebut dicat warna-warni dan dilukis sedemikian rupa, agar menarik.

Bagi yang belum tahu dan berkunjung, beranologi kalau Kampung Dalang itu adalah kampung tempatnya para dalang dan identik dengan wayang. Nemun setelah tahu, mereka akan kaget karena yang dilihat, sebuah perkampungan yang penuh tanaman yang sarana dan prasarananya terbuat dari daur ulang atau bahan bekas.

“Disini tidak ada dalang. Kebetulan saja kampungnya bernama Dalang. Ya, Daur Ulang,” tambahnya.

Bu RT berharap, jerih payah warganya menuai hasil dengan memenangkan lomba Kampung Berseri tingkat Provinsi. Jika keinginanya terwujud, maka kampungnya akan mewakili Jawa Timur ke tingkat nasional.

“Harapan kami dan warga seperti itu. Mudah-mudahan tercapai. Bukan soal penghargaannya, yang lebih penting kampung kami menjadi inspirasi bagi kampung lain. Terutama di wilayah Kota Probolinggo,” pungkasnya.