Peristiwa

Empat Tahun Rehab Tak Rampung, Pedagang Pasar Baru Luruk Pemkot Probolinggo

PROBOLINGGO, FaktualNews.co – Pedagang Pasar Baru Kota Probolinggo meminta Pemkot menghentikan atau tidak melanjutkan pembangunan pasar. Sebaiknya, Pemkot merehabilitasi atap pasar baru yang lama, berikut membenahi saluran air. Sebab, atap banyak yang bocor dan air tidak mengalir alias menggenang.

Permintaan itu disampaikan puluhan pedagang saat bertemu Wali kota di ruang lobi, Rabu (18/3/2020) siang. Mereka mendatangi kantor Wali kota untuk mempertanyakan pembangunan pasar yang tak kunjung selesai, meski telah berlangsung 3 sampai 4 tahun. Dampaknya, pendapatan berkurang akibat sepi pembeli.

Terutama pedagang yang saat ini masih menempati pasar yang lama. Pembeli lebih memilih membeli pada pedagang yang menempati TPS (Tempat Penampungan Sementara) dan pedagang yang berjualan di luar pasar atau trotoar. Kondisi seperti itu dialami sejak pasar baru belum dimulai pembangunannya yakni, sekitar 2015. .

Salah satu dari pedagang kemudian menyerahkan surat pernyataan keberatan atas pembangunan Pasar Baru ke Wali kota. Isinya, pedagang keberatan dan menolak rehabilitasi pasar dilanjutkan, karena hingga 4 tahun pembangunan rehabilitasi pasar tak kunjung selesai. Alasannya, penataan pedagang semakin tidak jelas.

TPS yang disediakan pemerintah tidak representatif sehingga dagangan tidak laku. Banyak bedak atau kios yang tutup akibat pembeli sepi. Muncul masalah baru seperti tumpukan sampah genangan (banjir) sebab selokan di dalam pasar tidak berfungsi, dan talang serta atap banyak yang bocor.

Ketua Paguyuban Pasar Baru, Purnomo meminta, Wali kota mengabulkan tuntutan pedagang yakni, menghentikan pembangunan renovasi pasar. Alasannya, Jika diteruskan, maka kondisi ekonomi pedagang tambah parah dan pedagang tidak butuh pasar bertingkat.

“Sejak pasar lama sisi selatan dibongkar, pembeli sepi. Mereka kan dipindah ke TPS,” ujarnya.

Tak hanya pedagang yang dipindah ke TPS yang dagangannya tidak laku. Pedagang yang menempati bedak sisi utara di dalam pasar atau yang belum dipindah ke TPS, juga mengalami nasib sama. “Karena TPS tidak reperesentatif. Parkir kendaraan sulit, tumpukan sampah dan genangan air. Atap dan talang pasar banyak yang bocor,” tambahnya.

Kondisi seperti itu berlangsung hampir empat tahun. Jika pembangunan rehabilitasi pasar dilanjutkan, maka kondisi pedagang bertambah parah. Sebab, kesemrawutan pasar tidak akan ditangani, menunggu pekerjaan proyek pasar selesai.

“Ya, nggak selesai-selesai permasalahan pedagang, kalau menunggu proyek sampai selesai,” tandasnya.

Ditambahkan, pasar tidak perlu diperbaiki kalau mengganggu kenyamanan dan mengurangi penghasilan Pedagang. Yang penting, lanjut Purnomo, atap dan talang yang rusak dan saluran air diperbaiki. Pedagang tidak butuh pasar bertingkat karena pembeli malas membeli di toko lantai dua.

“Nggak usah jauh-jauh. Contohnya pasar Gotong Royong. Pedagang yang berjualan di lantai dua, tidak laku. Karena pembeli malas naik ke atas atau lantai dua,” pungkas Purnomo.

Mendengar keluh kesah dan tuntutan pedagang, Wali Kota Hadi Zainal Abidin akan mengkaji dan mempertimbangkan tuntutan pedagang. Saat ini pihaknya belum bisa bersikap lantaran belum membicarakan keinginan pedagang dengan jajarannya dan DPRD. “Kami sikapi. Tapi kami kaji dulu,” tegasnya.

Wali kota tetap berkeinginan, proyek pembangunan pasar baru dilanjutkan. Sebab jika tidak, dirinya dicap tidak mendukung program Wali kota sebelumnya. Namun, karena ada tuntutan pedagang, pihaknya secepatnya akan berkoordinasi dengan pihak terkait.

“Sudah lama poyek ini didesain. Alhamdulillah di era saya pembangunannya sudah berjalan.
Nah, kalau ada tuntutan seperti ini, ya patut kami bahas. Hasilnya nanti kami beritahukan,” tambahnya.

Hadi menyadari, pembangunan rehab pasar berlangsung dari 2015 dan hingga kini belum kunjung selesai. Pedagang menuntut demikian karena, lanjut Hadi, ada dampak yang harus ditanggung pedagang. Jualan sepi sehingga pendapatan pedagang menurun, bahkan ada toko di pinggir pasar yang tutup.

“Permintaan mereka hanya perbaikan pasar yang lama. Atap, talang dan selokan diperbaiki,” pungkasnya.

Sementara itu, Wakil Wali Kota HM Soufis Subri mengatakan, lamanya pembangunan pasar baru karena terkait dengan masalah teknis. Seperti pada lelang proyek dan tender MK (Menejemen Konstruksi) yang memakan waktu.

“Ya kasihan juga pedagang pasar dan pemilik toko di pasar baru. Mereka terkena dampak dari molornya pembangunan pasar baru,” katanya singkat.