NGANJUK, FaktualNews.co – Menghindari penyebaran Virus Corona (Covid-19), umat Hindu di Desa Bajulan, Kecamatan Loceret, Kabupaten Nganjuk rela merayakan Hari Raya Nyepi tanpa menggelar arak-arakan patung ogoh ogoh. Sejatinya, pawai ogoh-ogoh merupakan tradisi tahunan bagi umat hindu.
Dalam pantauan media ini, berbagai macam jenis patung ogoh-ogoh semestinya diarak seperti tahun-tahun sebelumnya oleh Umat Hindu di Desa Bajulan, Selasa (24/ 03/ 2020) siang. Namun sekarang, ditengah mewabahnya Virus Corona Umat Hindu di Desa Bajulan tersebut merelakan tidak melakukan pawai ogoh-ogoh dalam perayaan hari raya nyepi tahun ini.
Namun ritual membakar patung ogoh-ogoh hanya dilakukan para mangku serta beberapa umat hindu di area Pura Mangku Bhuana Giri Wilis Desa Bajulan. Sebelum patung ogoh-ogoh dibakar, para mangku umat hindu menggelar ritual yang merupakan bagian dari upacara pensucian buana atau jagad raya.
Selanjutnya, tiga patung ogoh-ogoh dibakar secara bergantian. Dimulai dari patung ogoh-ogoh yang paling besar hingga terakhir yang ukurannya paling kecil. Bagi umat hindu, ritual ini memiliki makna yang sangat penting, yakni salah satunya menghilangkan sifat buruk umat manusia.
Mangku Damri, Tokoh Umat Hindu Desa Bajulan mengatakan, pihaknya menyadari tidak diperbolehkannya pawai ogoh-ogoh merupakan upaya pemerintah untuk mencegah penyebaran virus corona. Sehingga umat hindu juga mendukung upaya tersebut demi keselamatan bersama.
“Ini bagian dari cara kita mengikuti himbauan-himbauan dari pemerintah kaitannya dengan pencegahan Virus Corona. Bagi kami dharma agama (taat beragama) dan dharma negara (taat bernegara) harus seimbang. Jadi acara simpel, hanya di pura. Mestinya memang keliling, tapi karena kondisinya seperti ini ya tidak apa-apa,” ujar Mangku Damri.
Menurutnya, meski pawai ogoh-ogoh tidak dilaksanakan tidak akan mengurangi nilai ritual bagi umat hindu. “Sebenarnya apapun yang dilakukan dengan ketulusan tetap tidak mengurangi segala sesuatu,” ungkapnya.