FaktualNews.co

Dituduh Mencuri, Remaja Penghuni Pondok di Kota Probolinggo Dipukuli Seniornya

Peristiwa     Dibaca : 1009 kali Penulis:
Dituduh Mencuri, Remaja Penghuni Pondok di Kota Probolinggo Dipukuli Seniornya
FaktualNews.co/Mojo
Warga yang merasa iba pada korban, saat melapor ke Mapolresta Probolinggo.

PROBOLINGGO, FaktualNews.co – Warga jalan Bengawan Solo, Kelurahan Sumber Wetan, Kecamatan Kedopok, Kota Probolinggo, Kamis (26/3/2020) siang, mendatangi Mapolres Probolinggo Kota. Mereka mengadukan aksi pemukulan yang dilakukan dua penghuni pondok.

Korbannya adalah Riyan (12) salah seorang penghuni pondok yang lebih yunior. Akibatnya, punggung dan tangan korban mengalami luka lecet. Aksi pemukulan menggunakan kabel dan selang tersebut diungkap Hilmi Abdillah (24) salah seorang dari 4 warga yang melapor peristiwa tersebut.

Hilmi dan tiga warga lainnya melapor, karena merasa iba terhadap Riyan yang diperlakukan seperti itu. Apalagi, korban tidak tinggal bersama kedua orang tuanya yang dikabarkan sudah meninggal. Riyan, yang dikatakan yatim piatu, kumpul bersama salah seorang warga setempat yang kini berada di Papua.

Lantaran orang tuanya ke Papua, Riyan dititpkan ke Narko, yang masih memiliki hubungan keluarga dengan ayah angkat korban. Narko, menurut Hilmi masih menjadi pengurus pondok, tempat korban menimba ilmu. “Sekarang, korban ada di rumah Narko. Dibawa dari rumah saya,” ujar Hilmi.

Ia kemudian menceritakan kronologi, sehingga Riyan berada dan dirawat sebentar oleh Hilmi. Pagi itu, Hilmi melihat korban mondar-mandir di depan rumahnya dan duduk di pinggir sawah, sambil menangis. Setelah didekati dan ditanyakan, Riyan mengaku dipukuli 2 seniornya di pondok.

Informasi yang didapat dari korban, lanjut Hilmi, aksi intograsi dan pemukulan berlangsung dari pukul 05.00 hingga pukul 07.00 WIB. Korban dipukul seperti itu lantaran dituduh mengambil uang di pondok sebesar Rp 500 ribu. Merasa iba, korban kemudian dibawa ke rumahnya dan lukanya dirawat. “Kami yang merawat dan mengobati lukanya,” ujarnya.

Pengakuan ke Hilmi, korban dipukul kepala, punggung dan tangan dengan kabel dan selang. Lantaran tak tahan dengan sakit, Riyan kemudian mengakui tuduhan seniornya, kalau yang mencuri uang tersebut korban.

“Pengakuan korban ke saya seperti itu. Lalu korban dibawa ke rumah Narko,” jelasnya.

Hilmi sempat konfirmasi atau mendatangi pondok dan bertanya ke penghuni pondok yang memukul korban. Keduanya melakukan hal itu berdasarkan kejadian sebelumnya. Di Pondok juga sebelumnya kehilangan uang Rp 80 ribu dan yang mengambil, adalah korban. “Tapi yang Rp 500 ribu itu tidak jelas, uang siapa,” pungkasnya.

Sementara itu, Bripka Robbi kepada 4 warga yang mengadu, meminta untuk menunggu. Mengingat, dirinya belum bisa bersikap atas aduannya, sebab sebelum diputuskan aduan pemukulan itu, akan digelar terlebih dahulu.

“Jenengan tunggu di sini ya. Aduan bapak akan digelar dulu. Hasilnya nanti setelah digelar,” ujarnya sebelum meninggalkan ruang SPKT (Sentra Pelayanan Kepolisian Terpadu).

Sejumlah wartawan sempat ke rumah Narko di Jalan Progo, Kelurahan Kareng Lor, Kecamatan Kedopok, Kota setempat. Setelah sempat memotret korban, istri Narko mengatakan, tidak akan melaporkan pemukulan yang menimpa anak angkatnya.

“Sudah ya, kami bisa menyelesaikan persoalan ini. Nggak perlu dibesar-besarkan. Kami juga kasihan,” pintanya.

Ia mengatakan, akan menyelesaikan pemukulan yang menimpa anak angkatnya secara kekeluargaan dengan pondok. Saat ditanya kapan korban akan dibawa ke puskesmas. Perempuan berjilbab itu mengatakan, menunggu suaminya yang masih ada di pondok.

“Sebentar lagi. Suami saya masih di pondok. Koordinasi dengan pondok,” katanya.

Hal senada juga diungkap Kamat, salah satu pengurus yaysan di pondok tersebut. Ia berharap persoalan yang ada di pondoknya tidak dibawa keluar dan akan diselesaikan di internal pondok. “Kami akan selesaikan secara kekeluargaan. Kami ingin secepatnya selesai,” katanya.

Saat ditanya kronologinya, Kamat enggan berkomentar. Alasannya, belum sempat bertanya kedua penghuni pondok yang diduga memukul korban. Kamat meminta meminta maaf atas peristiwa pemukulan tersebut.

“Kami belum tahu. Pas mau tanya kronologinya, sampean datang. Jadi belum sempat. Yang jelas, aturan seperti itu, tidak ada di pondok kami,” jelasnya.

Baca berita menarik lainnya hasil liputan
Editor
Arief Anas