Jatah Makan Binatang Tak Dikurangi, Tapi Singa di TWSL Kota Probolinggo Kurus
PROBOLINGGO, FaktualNews.co – Anggaran pada Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kota Probolinggo, direfocusing untuk penanganan Covid 19, sekitar Rp1 Miliar. Meski begitu, jatah makan binatang di Tempat Wisata Studi Lingkungan (TWSL) atau kebun binatang mini, tidak berkurang.
Sebab, anggaran yang dialihkan atau digeser, bukan dana atau biaya makan dan perawatan binatang, tetapi anggran pembangunan pagar. Diperoleh informasi, tahun 2020 ini DLH akan membangun pagar di lahan TWSL yang akan diperluas. Nah, anggaran itulah yang digeser. Hal itu diungkap Kepala UPT TWSL, Akbarul Husaini, Selasa (5/5/2020) siang.
Menurutnya, anggaran untuk makan dan perawatan binatang sama seperti tahun sebelumnya, yakni sekitar Rp 700 ribu untuk tahun ini. Biaya tersebut paling banyak digunakan untuk membeli daging.
“Untuk makan 2 ekor singa. Sehari 6 kilogram. Kadang daging sapi, kambing dan ayam,”
katanya.
Sedang makanan penghuni TWSL lainnya, bisa berupa buah-buahan, sayur mayur dan lain-lain. Dikatakan, anggaran Rp 700 juta cukup untuk biaya membeli makanan dan perawatan binatang sebanyak 2.567 ekor berbagai macam dan jenis. “Saya rasa, cukup. Kita atur supaya cukup. Tapi tidak mengurangi jatahnya,” ujarnya.
Mengenai pendapatan dari TWSL Akbar berterus terang, untuk tahun ini berkurang. Pendapatan dari menjual tiket masuk tahun sebelumnya dalam kondisi normal sekitar Rp 500 juta setiap tahun. Sedang untuk sekarang (2020) dipastikan di bawah angka tersebut. “Ya pasti berkurang. Kan sudah lama kebun binatang mini ini ditutup,” tambahnya.
Kebun Binatang yang berlokasi di Jalan Basuki Rahmat, Kelurahan Wiroborang, Kecamatan Mayangan tersebut, ditutup sejak 19 maret lalu hingga waktu yang tidak ditentukan. Selain berdampak pada pendapatan TWSL, penutupan kebun binatang mini juga berdampak pada pendapatan parkir dan pedagang yang berjualan di selatan TWSL.
Puluhan lapak yang berjejer sepanjang TWSL dari berat hingga ke timur, sebagian besar tutup. Tak hanya itu, lokasi parkir yang berada di sisi baratnya, juga tampak kosong bahkan terlihat kosong karena sudah lama tidak ditempati.
“Belum tahu, kapan dibuka. Kami menunggu perintah. Kalau disuruh buka, ya kami buka,” lanjutnya.
Ditanya kenapa singa jantan tampak kurus, Akbarul Husaini mengatakan, kondisi singa jantan yang bernama Siera dan betina yang diberi nama Jane, seperti saat tiba dari Taman Safari Indonesia (TSI). Menurutnya, kedua singa Afrika yang lahir di TSI Pasuruan itu tidak kurus.
“Belum ditimbang. Tapi kondisinya sama seperti saat datang. Tiap hari makan daging 6 kilogram. Singa ini puasa juga loh. Anjuran dari TSI memang seperti itu,” pungkasnya.