Merasa Masih Mampu, Janda di Jombang Tolak BLT-DD
JOMBANG, FaktualNews.co-Seorang janda warga Desa Kademangan, Kecamatan Mojoagung, Kabupaten Jombang menolak Bantuan Langsung Tunai (BLT) Dana Desa (DD), karena merasa masih mampu.
Perempuan bernama Nur Kumala berusia 52 tahun ini, dengan sadar menandatangani surat pernyataan menolak menerima BLT-DD di depan perangkat desa.
Surat pernyataan tersebut, selain ditandatangani Nur Kumala, juga diteken Kepala Desa Kedamengan Hendro Wahyuadi sebagai pihak yang mengetahui. Selanjutnya, Kumala digantikan Aminatin, warga setempat, sebagai penerima BLT-DD.
Dalam surat pernyataannya, dia mengungkpakan alasan cukup unik, yakni Kumala merasa masih sehat dan kuat bekerja. Karena itu dia meminta agar digantikan warga lain yang lebih membutuhkan bantuan.
Kepada FaktualNews.co, Kepala Desa Kademangan, Kecamatan Mojoagung Hendro Wahyuadi mengakui Nur Kumala memang warganya.
“Benar masalah itu. Untuk informasi lebih lengkap, sampeyan ke kantor saja,” katanya, Sabtu (16/5/2020).
Terkait munculnya nama Nur Kumala sebagai penerima BLT-DDE sendiri, menurut seorang perangkat desa, itu diakuinya merupakan usul pihak Pemerintah Desa (Pemdes) Kademangan.
Alasan pihak pemdes, karena Nur Kumala seorang janda dan tinggal sendirian di rumah.
Selain itu, Nur Kumala juga tidak memiliki penghasilan tetap dan masuk dalam Data Terpadu Kesejahteraan Sosial (DTKS).
“Tetapi kemudian menolak, karena merasa banyak orang yang lebih membutuhkan. Orangnya sendiri juga merasa malu kalau mendapatkan. Anak-anaknya juga merasa mampu membiayai ibunya,” ujarnya.
Sekretaris Komisi A DPRD Jombang Kartiyono mengatakan Nur Kumala telah mengajari masyarakat Jombang semua untuk bermental kaya. Karena merasa masih banyak warga lain yang jauh belum beruntung darinya.
Kejadian ini juga bisa menjadi koreksi buat dinas terkait yang malas melakukan update data secara berkala.
“Kalau aku jadi Bupati Jombang maka saya nobatkan Bu Nur Kumala sebagai tokoh revolusi mental Jombang,” jelasnya.
Ia juga berpendapat yang dilakukan Nur Kumala sebenarnya merupakan tamparan bagi siapapun yang meributkan soal bansos.
Sekaligus, kata Kartiyono, bisa menjadi inspirasi bagi siapapun untuk gerakan moral.
“Sebaik apapun program pemerintah tak akan pernah bisa 100 persen tepat sasaran. Namun peran masyarakat membantu agar tepat sasaran,” tandasnya.