KINSHASA, FaktualNews.co – Meski negara-negara dunia sedang sibuk dengan penanganan Covid-19 yang mewabah hampir di seluruh penjuru, Republik Demokratik Kongo dalam dua bulan terakhir malah kehilangan 150 gedung sekolah dan 22 pusat kesehatan akibat pemberontakan.
Demikian dikatakan pejabat PBB sebagaimana dilansir Anadolu Agency, Minggu (24/5/2020).
UNICEF mengatakan sekolah-sekolah dan pusat-pusat kesehatan di negara berpenduduk 89,5 juta itu dihancurkan oleh pemberontak COCEDO, menurut radio PBB di republik itu, Sabtu (23/5/2020).
Lebih dari 200.000 orang juga telah mengungsi, sementara perkosaan dan pembunuhan yang merajalela juga dilaporkan, kata lembaga itu menambahkan.
”Lebih dari 150 sekolah rusak dan dijarah di wilayah Djugu, Mahagi dan Irumu di provinsi Ituri oleh kelompok bersenjata CODECO. 22 pusat kesehatan telah dihancurkan bersama dengan persediaan vaksin dalam jumlah besar,” kata UNICEF dalam sebuah pernyataan.
Dikatakan bahwa anak-anak adalah korban utama kekerasan baru-baru ini di Ituri, karena kurangnya akses ke tempat tinggal, gizi, kesehatan, dan pendidikan telah membuat anak-anak sangat rentan terhadap pelecehan, kekerasan, dan eksploitasi.
Edouard Beigbeder, perwakilan UNICEF di negara itu, meminta pekerja kemanusiaan untuk bertindak cepat sehingga dapat menghindari krisis yang akan membahayakan banyak anak di sana.
UNICEF telah memastikan akses ke pendidikan berkualitas untuk sekitar 50.000 anak di Ituri, dan 127 anak yang tidak didampingi telah dipersatukan kembali dengan keluarga mereka.
Kelompok pemberontak CODECO telah menyebabkan penderitaan besar di antara penduduk setempat di wilayah tersebut sejak dibentuk di Ituri Januari ini, dilaporkan oleh suku Lendu yang mengatakan mereka dipinggirkan oleh pemerintah.
Sebuah laporan minggu ini oleh Dewan Pengungsi Norwegia (NRC) mengatakan selama masa pandemi virus korona , sekitar 480.000 orang di Republik Demokratik Kongo telah meninggalkan rumah mereka karena bentrokan antara kelompok-kelompok bersenjata dan tentara negara itu.