Peristiwa

Normaliasi Saluran Air Depan TWSL Kota Probolinggo Tak Selesai, PUPR Belum Bayar Ongkos Tukang

PROBOLINGGO, FaktualNews.co – Tak hanya soal jalan rusak yang tidak diperbaiki, Komisi III DPR Kota Probolinggo, juga menyoal pekerjaan normalisasi saluran air. Saluran pembuangan air di depan Tempat Wisata Studi Lingkungan (TWSL) tersebut, dikerjakan asal-asalan.

Komisi III yang menyempatkan meninjau lokasi usai bertemu Kepala Dinas PUPR di kantornya meminta, pekerjaan pengerukan tanah yang menyumbat saluran segera diselesaikan. Sebab, kata Agus Riyanto Ketua Komisi III, pengerukan endapan tanah di dalam saluran belum tuntas.

Tak hanya itu, penutup selokan yang terbuat dari cor-coran segera dikembalikan ke tempat semula. Sehingga saluran ait tampak bolong dan membahayakan warga yang lewat di atasnya. “Katanya sudah selesai. Tapi masih tampak seperti ini. Ini dikerjakan asal-asalan,” sebutnya saat meninjau lokasi, Rabu (27/5/2020) siang.

Selain itu, endapan tanah yang dikeruk dibiarkan alias tidak diangkut. Yang lebih menyesakkan dada, lanjut Agus, jalan aspal yang rusak dan bolong di dekat saluran, tidak diperbaiki. “Ini yang menyesakkan dada kami. Jalan rusak didekat saluran tidak ikut diperbaiki. Harusnya sekalian diperbaiki,” tambahnya.

Terkait hal itu, Kepala Dinas PUPR, Agus Hartadi berjanji, akan segera menyelesaikan pekerjaan normalisasi saluran. Sekaligus menutup saluran dan mengembalikan penutupnya seperti semula. Kondisi seperti itu harap dimaklumi, sebab pihaknya belum membayar ongkos pekerjaan. “Ya, ongkosnya masih belum kami bayar. Ngutang,” jelasnya.

Pihaknya tidak berani menggunakan dana swakelola yang ada di dinasnya. Dana swakelola sebesar Rp 500 juta itu khawatir direfocusing untuk Covid-19. Untuk mengerjakan normalisasi saluran yang dimaksud, pihaknya terpaksa ngutang. “Ngutang ke tukang. Jadi tukangnya, belum kami bayar,” tambahnya.

Hal itu dilakukan, karena normalisasi segera dilaksanakan, sedang dananya tidak bisa dikeluarkan atau dipakai. Pihaknya mempercepat pekerjaan normalisasi, karena jika hujan air meluap menggenangi jalan di depan TWSL (Tempat Wisata Studi Lingkungan).

“Air dari mana-mana ngumpul di sana. Makanya kami normalisasi, agar air lancar,” pungkasnya.