JOMBANG, FaktualNews.co – Matahari baru mulai terbit, seorang pemuda tampak asyik menanam sayur kangkung di area Panti Asuhan Muslimat NU, di Jalan Sisingamangaraja, Jagalan, Jombang.
Adalah M Sabilil Faroshi (25), petani muda yang sejak beberapa bulan terkahir fokus menggarap ruang kosong di bagian tengah panti.
Sebelum Roshi datang, halaman tersebut hanya tanah kosong yang tak produktif. Kini berubah menjadi kebun sehat Raushon Fikr namanya.
Menurut Roshi, di tempat berkebunnya tersebut, ada sayur segar yang bisa dipetik sendiri oleh calon pembeli. Namun bila tak ingin repot maka cukup hanya pesan lewat whatshap dan dikirim langsung ke rumah pembeli.
Jenis tanamannya antara lain yaitu sawi pakcoy, kangkung, selada, bunga kol, kenikir, buah tin, buah markisah , beluntas, terong dan cabe.
“Kita coba memanfaatkan ruang kosong yang tak jauh dari pusat keramaian. Selama ini untuk mencari sayur segar harus ke desa-desa, sekarang kita rubah cara pandangnya. Di kota juga ada sayur segar,” katanya kepada FaktualNews.co, Sabtu (13/6/2020).
Lokasi kebun Roushon Fikr berada tak jauh dari Pasar Legi. Para pembeli bisa berjalan santai beberapa meter saja ke pintu gerbang utama kebun sehat ini.
Dikatakan kebun sehat, dalam penjelasan Roshi karena pupuk yang digunakan adalah kompos. Sebisa mungkin menghindari bahan kimia. Masyarakat bisa membeli sesuai keinginan.
Ide awal pembuatan kebun ini karena Roshi memang hobi berkebun, kebetulan juga ada yang mau kasih modal. Dalam keyakinan Roshi, berkebun memberikan segudang manfaat. Di antaranya membuat rumah tampak lebih hijau, udara jadi sejuk dan bisa juga mengisi waktu luang.
“Coba kita bayangkan, jika setiap rumah punya kebun sayuran sendiri. Maka saat terjadi wabah Covid 19 tak perlu bingung. Lebih hemat juga. Kemandirian keluarga,” tambah alumni Fakultas Pertanian Universitas KH A Wahab Hasbullah ini.
Sadar pentingnya jiwa kemandirian bagi setiap keluarga, Roshi kini getol kampanye cara memanfaatkan ruang terbuka di wilayah perkotaan dengan menanam sayuran. Konsep ini disebut urban farming atau pertanian perkotaan.
Dengan menggunakan metode Vertikultur atau vertikal garden sekecil dan sesempit apapun lahan yang dimiliki, seseorang tetap bisa berkebun.
Awalnya, kata Roshi, seseorang perlu menyediakan pipa paralon diameter minimal 3 inch. Bisa juga menggunakan talang air. Selanjutnya, paralon dipotong sesuai keinginan. Umumnya 1 meter dan 1,5 meter. Kemudian, buat lah lubang-lubang tanam pada sisi peralon.
Setelah paralon siap, petani atau calon petani mengisi bagian dalam paralon dengan media tanam yang gembur dan banyak mengandung unsur hara. Semisal campuran tanah, arang sekam dan pupuk kandang atau kompos.
Cara lain yaitu nutrient film technique, ini menggunakan sistem hidroponik dan tetap pipa paralon dan talang air sebagai media. Dengan begini, larutan nutrisi hidroponik dialirkan didasar pipa terus menerus. Sehingga perlu pompa listrik.
“Bagian bawah paralon kita sediakan kolam lele dan nila. Untuk menghemat lahan, lele ada kisaran 7000-an dan Patin 500 ekor. Lele makanannya ampas tahu. Kita juga sediakan ikan segar,” tambah Roshi.
Selama wabah Covid 19 ini, Roshi punya terobosan baru bernama Layanan Antar dan Tanam Aneka Tanaman Buah (Lantana). Layanan ini dimaksudkan untuk para masyarakat yang tidak mau ribet menanam tanamannya.
Cukup telfon maka tim akan datang kerumah anda untuk mengantar pesanan aneka bibit buah yang anda serta langsung mengukur dan menanam.
Program awalan ini sudah berjalan untuk daerah Mojokerto dan Jombang. Karena ditengah kondisi pandemi ini orang terkadang masih takut untuk keluar rumah terlalu jauh. Roshi mengambil ide melayani dengan sepenuh hati sampai tuntas dan pemilik kebun tinggal merawatnya.
“Harga aneka bibit berkisar antara Rp 35 ribu hingga Rp100 ribu. Ada kelengkeng, durian, jeruk, mangga, alpukat dan lain sebagainya,” tandas Roshi.