Surat Terbuka Berisi Keluhan Diunggah ke Medsos, DLH Jatim Cek PT BJB Kota Probolinggo

PROBOLINGGO, FaktualNews.co – Buntut dari surat terbuka yang ditulis Inayati, Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Provinsi Jawa Timur, akhirnya turun ke Kota Probolinggo. Selain mendatangi PT Berdikari Jaya Abadi (BJB) mereka juga singgah ke sejumlah warga, termasuk ke rumah Inayati.

Kabid Tata Penaatan Lingkungan pada DLH Kota Probolinggo, Heru Margiyanto saat dihubungi, Selasa (16/6/2020) sore via selulernya membenarkan. Namun, ia tidak mengikuti dan yang ditugaskan kepala seksinya (Kasi). Mengingat, Pria yang biasa disapa Heru, juga punya acara dinas yang harus diikuti.

Mengenai hasil kunjungan DLH Pemprov soal polusi udara dan air, Heru mengatakan belum mengetahui. Sebab, uji lab baru diketahui 14 hari atau 2 minggu kemudian. Begitu juga dengan kunjungan DLH Jatim ke warga.

“Saat berkunjung ke warga, staf kami tidak diperkenankan ikut. Jadi kami tidak tahu. Biasa, kalau pengawasan memang seperti itu,” ujarnya.

Saat ditanya, apakah DLH setempat juga melakukan pengawasan terhadap PT BJB, Heru menjawab tetap melaksanakan pengawasan rutin. Pihaknya pernah melakukan uji lab terhadap air dan udara. Hasilnya, cukup bagus.

“Dibawah baku mutu, baik air, udara dan kebauan. Sejak Covid-19 sampai sekarang, kami belum melakukan uji lab lagi,” terangnya.

Dijelaskan, uji lab untuk kwalitas air dilakukan di DLH sendiri, sedang uji lab untuk kwalitas udara dan kebauan di Surabaya. Mengingat, uji kadar dan kwalitas udara dan kebauan milik DLH belum terakreditasi. Sedang alat uji kwalitas air sudah terakreditasi dan memiliki 10 kriteria.

“Jadi uji udara dan kebauan ke Surabaya. Kalau kwalitas air, cukup diuji di kami,” tambahnya.

Tak hanya DLH, PT BJB sendiri melakukan hal yang sama. Hasilnya, sama yakni kwalitas udara dibawah ambang batas baku mutu. Beberapa hari kemarin, perusahaan pengolah limbah oli menjadi bahan bakar solar ini, juga mengujikan kwalitas udaranya.

“Kami belum menerima hasilnya. Ken belum sampai 2 minggu,” sambungnya.

Dalam kesempatan itu, Heru juga mengungkap, kalau perusahaan penyulingan oli bekas menjadi bahan bakar solar tersebut, pernah ditutup oleh Kementrian Lingkungan Hidup. Namun, setelah melakukan perbaikan yang disarankan Kementerian LH, buka kembali.

“Dulu sempat ditutup. Karena sudah melakukan perbaikan, dibuka kembali,” pungkasnya.

Terpisah, Direktur sekaligus pemilik PT yang berlokasi di jalan Lumajang, Kelurahan Sumbertaman, Kecamatan Wonoasih, Kota Probolinggo itu, Yuwi membenarkan, kalau perusahaannya telah melakukan uji lab udara. Namun hasilnya belum diketahui, menunggu 2 minggu.

“Uji lab yang kemarin belum diketahui hasilnya,” ujarnya ke sejumlah wartawan.

Disebutkan, uji kwalitas udara dan air dilakukan berkala setiap enam bulan sekali. Terkait ada warga yang mengeluh soal bau, Yuwi mengatakan di luar kemampuannya. Yang penting, ia telah melakukan upaya agar tidak terjadi demikian sesuai aturan.

“Hasil uji lab berkala perusahaan kami kwalitas air dan udara, dibawah baku mutu. Kami ujikan
ke pihak ketiga di Surabaya. Bukan kami yang menguji sendiri. Tapi perusahaan terakreditasi,” katanya.

Yuwi menyadari, jika warga sekitar masih mencium bau. Karena untuk menghilangkan bau 100 persen, tidaklah mungkin dan siapapun tidak akan bisa. Jika dikatakan, warga sekitar ada yang sakit akibat mencium bau pabrik, sepertinya berlebihan.

“Pernah ada kabar seperti itu. Tapi setelah kami konfirmasi, katanya memang punya penyakit sesak,” ujarnya.

Ditambahkan, selama ini 70 karyawannya belum pernah mengeluh sakit dan belum ada yang sakit akibat mencium bau. Padahal mereka selama bekerja berada di dalam pabrik. Kalau memang semua upaya telah dilakukan, termasuk membantu warga sekitar melalui CSR masih dipermasalahkan, Yuwi meminta saran dan masukan.

“Lantas apa yang seharunya kami perbuat. Kami menunggu saran dan masukannya,” tambahnya.

Seperti diketahui, Inayati, warga Kelurahan Kedungasem yang rumah tinggalnya di barat daya PT BJB menulis surat terbutka tertanggal 14 Juni 2020. Surat keluhan tentang bau pabrik tersebut ditujukan ke DR Ir Siti Nurbaya Bakar dan Gubernur Jatim Hj Khofifah Indar Parawansa yang diunggah di media sosial (Medsos) Facebook. Isinya, tentang keluhan bau menyengat yang dihirup anak-anaknya setiap hari.