Uang Bansos di Rekening Seorang Nenek di Kota Probolinggo, Raib
PROBOLINGGO, FaktualNews.co – Bantuan Sosial (Bansos) Program ASLUT (Asistensi Lanjut Usia Telantar) dan Program Keluarga Harapan (PKH) senilai Rp 2,7 Juta milik B Suryo Tiwani (75), raib. Belum diketahui, siapa yang menarik dana yang tersimpan di rekeningnya.
Ester Wandira (24) cucu mbah Suryo saat dikonfirmasi sejumlah wartawan, Senin (22/6/2020) sore mengaku, tidak tahu. Ia hanya membantu menguruskan rekening dan kartu ATM neneknya yang dikatakan hilang. Atas bantuan Wahyuningsih, pendamping PKH Kelurahan Pilang, mbah Suryo kemudian mendapatkan rekening dan ATM dari BNI Cabang Probolinggo.
Menurutnya, rekening baru yang diprint artau dicetak petugas BNI tersebut, setelah dilihat ada debet atau pengeluaran Rp 2,7 juta dan saldo Rp 1,37 juta. Ester berikut Wahyuningsih tidak mengatahui, siapa yang menarik atau mencairkan uang Bansos tersebut.
“Nggak tahu siapa yang mengambil. Besarannya Rp 2.700.000,” ujar Ester seraya menunjukkan rekening mbah Suryo.
Raibnya uang mbah Suryo diketahui tanpa sengaja. Ester yang pada Februari lalu tinggal serumah dengan neneknya di jalan Ijen RT 2 RW 2, Kelurahan Pilang, Kecamatan Kademangan, Kota Probolinggo, merasa kasihan. Ia kemudian mengurus Bansos neneknya yang sudah lama tidak keluar atau tidak menerima.
Sebelumnya, Ester pernah mendatangi rumah Muhammad Ismail, Ketua RT 2 RW 1 Kelurahan setempat. Tujuannya, meminta bansos karena neneknya tidak pernah menerima bantuan dalam bentuk apapun.
“Nenek saya kan tidak bisa melihat (buta) dan sudah tidak kerja. Biaya hidupnya dari saya dan keluarga. Ya, saya mintakan bantuan ke RT,” ujarnya.
Namun, kata ketua RT, neneknya sudah mendapat bantuan Rp 200 ribu setiap bulan. Untuk meyakinkan perkataan M Ismail, Ester kemudian memberanikan diri bertanya ke kantor Kelurahan. Ternyata benar, neneknya mendapat bantuan sampai sekarang.
“Saya bilang kok tidak pernah menerima. Terus diurusi sama B Wahyu. Akhirnya dapat rekening dan ATM,” ungkapnya.
Ester menambahkan, kalau KTP mbah Suryo hilang sudah lama. Dimungkinan kartu identitas neneknya itu saat ini masih dipegang orang. Sebab, saat dirinya mengambil bantuan sembako di sebuah Bank menjelang hari raya, bantuan neneknya sudah ada yang mengambil.
“Saya sudah kadung (terlanjut) ke sana. Katanya sudah ada yang ngambil. Dua hari kemudian, sembako nenek ada yang mengantar,” sambungnya.
Sementara itu, Wahyuningsih menjelaskan, kalau pada tahun 2017, mbah Suryo mendapat Bansos program Aslut. Di tahun 2019, oleh Kementerian Sosial (Kemensos), mbah Suryo dimasukkan ke program PKH yang menerima bantuan uang Rp 200 ribu setiap bulan.
“Saat program Aslut habis, nama mbah Suryo langsung dimasukkan penerima PKH oleh Kemensos,” katanya.
Tak hanya mbah Suryo, seluruh penerima program Aslut mendapat buku rekening dan ATM. Dan rekening serta ATM mbah Suryo sudah dititipkan ke Lukman Hakim, sebagai pendamping kelurahan.
“Informasi dari teman saya, sudah diserahkan ke pak Lukman. Nyampai atau tidak ke mbah Suryo, saya tidak tahu,” tandas Wahyuningsih.
Ia juga membenarkan, ada penarikan dana di rekening mbah Suryo. Namun, Wahyuningsih tidak tahu-menahu soal itu. Yang penting, mbah Suryo sudah memiliki rekening dan ATM untuk mempermudah pencairan bantuannya.
“Rp 2,7 juta itu akumulasi dari beberapa bulan. Diambil satu kali. Nggak tahu, siapa yang mencairkan,” pungkasnya.
Ketua RT 1 M Ismail membenarkan, kalau Ester ke rumahnya meminta bantuan untruk neneknya. Ia kemudian menjelaskan, kalau mbah Suryo dulu pernah mendapat bantuan 2 kali. Namun, hingga sekarang tidak pernah mendapat bantuan sama sekali.
“Nggak tahu apakah masih dapat bantuan atau tidak. Makanya Ester saya suruh ngecek di kelurahan,” katanya singkat.