LAMONGAN, FaktualNews.co – Masa pandemi Coronavirus Disease (Covid-19), menjadi masa paling ‘memukul’ bagi usaha kerupuk kedelai yang digeluti Iis Sumiarsih, warga Dusun Pilang, Desa Wangunrejo, Kecamatan Turi, Lamongan.
Betapa tidak, selama tiga bulan sejak Corona diumumkan menjangkit Indonesia, termasuk Lamongan, pesanan kerupuk kedelai yang diproduksinya mulai menurun. Jika sebelum pandemi, produk kerupuknya mampu menembus pasar luar negeri seperti Malaysia dan sejumlah negara tetangga, berbalik 180 derajat yakni menjadi tidak ada pesanan sama sekali.
Sejak itu, Iis –begitu pengusaha kerupuk kedelai ini biasa disapa, hanya mengandalkan pasar lokal. Namun, beberapa minggu kemudian, order dari pasar lokal mulai turun, bahkan tidak ada permintaan sama sekali.
“Praktis, saat itu kami menghentikan produksi karena tidak ada permintaan sama sekali, baik ekspor maupun pasar lokal. Dan memang semua pengusaha kecil berhenti berproduksi akibat Corona,” kata Iis, Jumat (26/6/2020).
Meski sepi pesanan, Iis tak patah semangat. Pemasaran secara online maupun offline tetap ia lakukan demi usahanya tetap bertahan. “Selain itu, untuk menghabiskan stok produksi yang masih ada,” katanya.
Hingga masa sulit itu pun, mulai longgar. Sejak minggu kedua bulan Juni 2020, Iis mulai sedikit bernafas lega dengan usaha krupuk kedelai yang dirintisnya sejak 2004 itu, kembali berproduksi. Sejumlah pelanggan lama, mulai kembali memesan.
“Baru kembali berproduksi hampir dua minggu ini, setelah libur beberapa bulan kemarin karena tidak ada pesanan. Alhadulillah, ada juga pelanggan baru yang memesan,” ungkap pemilik UD SBY Corporation ini.
Lantaran belum pulih total, Iis memberlakukan sistem baru untuk 30 karyawannya. Menurut Iis, puluhan karyawannya mulai dipekerjakan saat stok mulai menipis. Di saat stoknya sudah banyak, mereka diliburkan semuanya secara bersamaan.
“Kalau sudah ada stok ya produksinya libur. Jadi liburnya bareng-bareng. Kalau ada kerjaan ya dikerjakan bareng-bareng,” akunya.
Iis mengaku, saat ini pemesanan kerupuknya untuk pasar lokal masih berkisar 50 persen jika dibanding sebelum pandemi. “Kalau yang ekspor masih belum, karena Malaysia masih lockdown, jadi sekarang cuma lokal saja,” katanya.
Adapun pemasarannya, masih tetap sama seperti sebelum dan semasa pandemi, yakni mengandalkan media sosial (Medsos) seperti Facebook, Instagram serta WhatsApp (WA). “Online-nya ya cuma di WA bisnis, FB, IG dan Google bisnis,” pungkasnya.