Puluhan Warga Geruduk RS Bina Sehat Jember, Ini Penyebabnya
JEMBER, FaktualNews.co-Ahmad Said Hidayad bersama sejumlah warga asal Jalan Gajah Mada XIX, RT 04/ RW 08, Kelurahan/ Kecamatan Kaliwates menggeruduk RS Bina Sehat, Kamis (6/8/2020).
Pria berumur 38 tahun itu menagih janji pihak rumah sakit untuk meminta konfirmasi penyebab pasti kematian ayahnya, Rosidi (61) yang meninggal pada Minggu (2/8/2020) kemarin.
Pasalnya menurut pihak RS Bina Sehat, kematian Rosidi terkonfirmasi Covid-19. Ahmad dijanjikan 3-4 hari setelahnya akan diberikan hasil pemeriksaan swab tes yang dilakukan kepada Rosidi.
“Saya menagih janji pihak rumah sakit yang akan memberikan hasil swab test yang dilakukan kepada bapak saya,” kata Said di RS Bina Sehat.
Alasan Said menagih janji kepada pihak rumah sakit, , karena dirinya merasa ada kejanggalan pasca-kematian bapaknya.
Menurut Said, mulai dari proses pemandian sampai pemakaman jenazah, dianggap melenceng dari ketentuan yang diyakini Said dan keluarganya.
“Dokter bilang almarhum terindikasi Covid-19. Hanya 2 orang yang dibolehkan mengikuti pemandian sampai pemakaman. Tapi dimandikan pakai air sekitar 10 liter dan alkohol. Dikafani juga tidak sesuai syariah Islam, hanya ditutup saja dengan kain kafan, tanpa tali ikat pocong di atas kepala,” ulasnya.
Said juga mengisahkan, dirinya membawa ayahnya ke RS Bina Sehat untuk berobat karena punya riwayat sakit jantung dan infeksi di bagian kaki.
Aktivitas berobat rutin sudah 5 kali sejak tahun 2015 silam hingga terakhir menghembuskan nafas terakhir.
“Ada semua rekam medisnya. Kami gak mau pakai BPJS atau SKM (Surat Keterangan Miskin) supaya bapak cepat ditangani oleh dokter,” katanya.
Sekitar jam 8.30 pagi, masuk ke RS Bina Sehat sebagai pasien umum ditempatkan ke ruang IGD. Satu jam kemudian rapid test hasilnya non reaktif.
Lalu, jam 10.30 WIB, Said mengatakan orang tuanya dipindah ke ruang ICU dengan dengan alasan untuk pemberian oksigen ekstra, dan bisa bersikap lebih tenang.
“Jam 13.30 dipindah ke ruang isolasi, katanya dokter dapat informasi dari RS Paru hasil Rontgen diindikasi mengarah ke COVID-19, mau diambil sampel swap Senin,” sambung Said.
Tapi, pasien meninggal dunia malam harinya. Sempat diambil sampel swab pada jam 19.55 WIB. “Saksinya adik saya Muhammad Nurul Firdaus,” yakinnya.
Said juga menambahkan, saat akan proses pemakaman, dinyatakan Rosidi terkonfirmasi Covid-19.
“Masa sih dasarnya dari rontgen. Mestinya swab test. Makanya sekarang saya tagih janji hasil swab test. Ternyata belum diberi, katanya menunggu seminggu lagi. Ada apa ini? Katanya alat sudah canggih. Hanya 3-4 hari. Sekarang alasan katanya masih banyak menunggu hasil pasien lainnya. Saya menuntut kejelasan pihak rumah sakit,” katanya.
Said mwngungkapkan, pihaknya mendapatkan surat kematian dari pihak rumah sakit, tapi menurutnya tidak ada keterangan Covid-19.
“Dengan kondisi ini, dan pihak rumah sakit yang tidak jelas. Saya akan komunikasi keluarga, untuk melakukan pembongkaran makam bapak saya. Kemudian melakukan perawatan jenazah sesuai syariah,” tegasnya.
Menanggapi keluhan yang disampaikan Said bersama warga, pihak perwakilan RS Bina Sehat memberikan klarifikasi yang diwakili Bagian Pembiayaan Kesehatan dan Staf Medis RS Bina Sehat dr. Maria Ulfa, bersama dua orang perawat.
Pertemuan dilakukan secara tertutup di aula rumah sakit, sejumlah wartawan tidak boleh ikut di dalamnya.
Pantauan wartawan di RS Bina Sehat, dalam pertemuan tidak menemui titik temu. Bahkan berakhir dengan perselisihan antara perwakilan warga dengan petugas keamanan.
“Pasien ini masuk dengan keluhan sesak napas, dan dari hasil radiologi menunjukkan pneumonia billateral, sehingga pasien ini masukkan kriteria suspect Covid-19,” ujar dr Ulfa usai menemui perwakilan warga.
Namun dalam proses pemeriksaan lanjut, katanya, pasien tersebut meninggal dunia.
“Sehingga sesuai prosedural kita lakukan pemulasaran jenazah secara infeksius. Itu sesuai prosedur, yang selanjutnya pihak rumah sakit berkoordinasi dengan polsek dan pemerintah kecamatan untuk prosedur (pemakaman protokol Covid-19) ini,” jelasnya.
Terkait permintaan keluarga yang ingin mengetahui hasil tes swab tes yang dilakukan terhadap pasien meninggal tersebut, tidak bisa disampaikan saat ini.
“Karena sampelnya kita kirim ke lab luar (RS Bina Sehat). Sebenarnya secara realtime (kapanpun, red) bisa mengetahui hasilnya. Tapi karena banyak yang diperiksa, bisa 4 hari (bahkan lebih). Bahkan ada yang hasilnya lebih dari dua minggu baru bisa diketahui,” katanya.
Lanjut dr Ulfa, terkait informasi dan imbauan kepada keluarga pasien untuk melakukan isolasi diri, ataupun tindakan protokol kesehatan, bukan ranahnya untuk menyampaikan.
“Karena tugas kami hanya sampai pemulasaran jenazah. Untuk tindak lanjut tracking, ataupun sosialisasi melakukan isolasi diri. Menjadi ranah Dinas Kesehatan dan pihak terkait (tim Gugus Tugas Covid-19),” tandasnya.