JOMBANG, FaktualNews.co – Ketua Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Jombang, dr Iskandar, memverifikasi statemen yang dikeluarkan keluarga bayi meninggal di rumah sakit Pelengkap Medical Center perihal pemberian uang damai. Menurut Iskandar, anggota BHP2A (biro hukum pembinaan dan pembelaan anggota) IDI Pusat sama sekali tidak pernah menawarkan sejumlah uang kepada ayah si bayi.
“Dokter Rudi (dr Rudi Sapulette) kemarin didampingi salah satu pengurus IDI Jombang memang mendatangi keluarga pasien, tapi dalam rangka mengumpulkan data dan fakta kasus tersebut. Mereka (perwakilan IDI) menyangkal dengan keras telah menawarkan sejumlah uang sebagaimana statemen keluarga pasien,” bantah Iskandar dalam keterangan resminya yang diterima redaksi, rabu (12/8/2020) malam. Ditambahkan dia, perwakilan IDI berencana baru akan ke rumah sakit Pelengkap usai mendatangi rumah keluarga pasien.
Namun menurut Iskandar, perwakilan IDI Pusat berjanji akan menyampaikan aspirasi keluarga ke pihak rumah sakit Pelengkap. Dokter Rudi Sapulette sendiri menurut Iskandar, merupakan anggota BP2HA IDI Pusat. Kedatangannya ke Jombang, diulang Iskandar kembali, guna pengumpulan data dan fakta atas perkara yang menghebohkan publik tersebut. Dokter Rudi sendiri didampingi salah satu pengurus IDI Jombang yang secara kebetulan pula menjabat sebagai pengurus wilayah sekaligus Pengurus Besar (PB) IDI.
Pernyataan Iskandar ini menepis statemen yang dikeluarkan ayah bayi yang meninggal di Rumah Sakit Pelengkap Jombang beberapa waktu lalu. Kepada media ini, Bayu Kurniawan (29), ayah bayi yang meninggal mengatakan, perwakilan IDI telah bertemu dengan dirinya. Dalam pertemuan itu, menurut Bayu, dokter Rudi mengaku sebagai perwakilan IDI Pusat. Dia sempat meminta Bayu agar menyebut sejumlah nominal rupiah dengan syarat permasalahan tersebut bisa segera reda.
“Saya diminta menyebutkan nominal uang dengan syarat kasus ini tidak dilanjutkan dan dipublikasikan lagi. Saya tidak mau, itu sama saja saya menjual nyawa anak saya,” tegas dia. Bayu sendiri merupakan ayah dari bayi yang meninggal dunia. Anak kedua Bayu ini meninggal terindikasi adanya penelantaran perawat dan dokter di rumah sakit Pelengkap. Saat itu istrinya yang akan melahirkan, reaktif covid-19 berdasar hasil rapid test.
Istrinya kemudian ditempatkan diruang isolasi sembari menunggu persalinan. Disinilah petaka keluarga Bayu terjadi. Versi Bayu, istrinya melahirkan tanpa ada pertolongan dari tenaga medis sama sekali. Petugas kesehatan baru melakukan tindakan medis setengah jam setelah bayi dilahirkan. Bayi Bayu pun meninggal karena lambatnya penanganan medis.