PROBOLINGGO, FaktualNews.co – Tak hanya pedagang bendera, umbul-umbul merah putih yang meraup hasil di momen HUT Kemerdekaan RI ke-75 ini. Pengrajin batik tulis juga merasakan hal yang sama.
Bermodal dari kemampuan membaca peluang, usaha pembuatan batik yang beralamatkan di Jalan Wijaya Kusuma, Kelurahan Sukabumi, Kecamatan Mayangan, Kota Probolinggo, tetap bergeliat. Bahkan, di bulan Agsutus ini ordernya meningkat, terutama masker.
Diketahui, usaha batik tulis yang dilabeli Batik Baremi tersebut, saat pandemi Covid-19 melanda Indonesia sudah memproduksi masker batik. Namun, masker batik produksi warga RW 1 ini tidak seperti batik pada umumnya. Pengrajin yang jumlahnya belasan tersebut membikin batik dengan tema merah putih.
Selain bermotif batik seperti biasanya, masker merah putih tersebut juga bergambar burung garuda dan bendera merah putih dan angka 75 sebagai HUT kemerdekana RI yang ke 75. Bahan dasar berupa kain putih dibiarkan tetap putih, sedang motif atau gambarnya diberi warna merah.
“Hanya memanfaatkan momen saja. Sekarang kan Agustus, hari kemerdekaan. Kita buat masker bertema merah putih,” ujar Ivan Giantoro (40), pengelola Batik Baremi, Selasa (11/8/2020) siang.
Dikatakan, dari masker kemerdekan itu, usahanya kini kembali menggeliat. Setelah sebelumnya sempat tak bergairah akibat pandemi virus Corona melanda. Kini pesanan datang tidak hanya dari pembeli lokal, pembeli dari luar juga berdatangan. Mereka mengetahui dari produk yang diunggah di media social.
Pesanan tak hanya datang dari Pulau jawa, tetapi juga dari pembeli Pulau Dewata Bali, Kalimantan, Sumatera seperti Medan dan Ambon. Untuk memenuhi pesanan dari calon pembelinya itu, Ivan akhirnya mengaktifkan kembali usaha yang dirintisnya bersama kaum emak-emak tersebut. “Karena pesanan banyak,” katanya.
Mengenai harga sama dengan pembuatan batik lainnya, tergantung bahan yang dibutuhkan dan rumitnya pekerjaan membatik. Untuk satu helai atau satu pieces masker merah putih dibandrol Rp 25 ribu. Harga tersebut belum termasuk ongkir (ongkos kirim) ke luar kota. atau pulau.
“Satu orang bisa menyelesaikan 5 sampai 10 masker per hari,” tambahnya.
Untuk pembatiknya, Ivan merangkul kaum emak-emak yang sudah pernah ikut pelatihan yang diselenggarakan Dinas Koperasi Usaha Mikro Perdagangan dan Perindustrian (DKUPP) setempat. Dikatakan, kaum ibu-ibu yang pandai membatik sudah cukup banyak di lingkungannya. “Pembatiknya warga sekitar sini semua,” lanjutnya.
Ivan mengaku, baru setahun membuka usaha batik sekaligus gerainya (show room). Usaha tersebut dimotori ibu-ibu PKK yang pernah diajak pelatihan membatik oleh DKUPP setahun lalu. :Lantaran keinginannya yang kuat untuk membuka usaha batik, akhirnya keinginan mereka terwujud.
Ivan sendirik diusaha Batik baremi, bertindak sebagai pengelola, pembimbing dan sekaligus pembuat motif batik yang akan diproduksi. Selain itu ia juga mengawasi pekerjaan membatik mulai dari menggambar motif diatas kain sampai pewarnaan. “Kami juga membantu pemasaran,” sambungnya.
Pria yang juga berprofesi pelatih anjing dan membuka salon anjing ini berencana akan belajar membatik dimedia kaos ke Jogjakarta. Mengingat, batik kaos di Kota Probolinggo belum ada sehingga prospek ke depannya, cukup bagus.
“Kami berencana mau belajar membatik di bahan kaos. Di Yogyakarta. Belum tahu kapan,” tandasnya.