SURABAYA, FaktualNews.co – Banyak orang tak tahu, tak menyadari, atau tak memahami kelainan seksual. Bahkan sang penderita itu sendiri. Padahal kondisi kelainan itu bisa membuat orang-orang di sekitarnya merasa terganggu.
Penderita kelainan seksual juga kerap merasa tidak nyaman, namun tak mampu melawannya, bahkan tidak tahu bagaimana cara menghindari dan mengatasinya.
Dalam dunia kedokteran, dilansir AloDokter, gangguan atau perilaku seksual menyimpang yang muncul secara berulang kali disebut parafilia.
Disebut menyimpang karena hasrat dan perilaku ini umumnya melibatkan suatu bentuk aktivitas, objek, baik orang atau benda, maupun situasi yang pada kondisi normal tidak merangsang secara seksual.
Jenis kelainan seksual parafilia sangat beragam. Berikut ini adalah beberapa kelainan seksual yang dilansir AloDokter:
• Pedofilia
Orang dengan pedofilia memiliki fantasi, ketertarikan, ataupun perilaku seksual menyimpang terhadap anak kecil, dengan usia kurang dari 13 tahun. Sementara pelaku pedofilia yang memiliki ketertarikan seksual terhadap balita dengan usia kurang dari 5 tahun disebut dengan infantofilia.
Perilaku seksual menyimpang ini meliputi mengajak anak untuk melihat si pelaku melakukan masturbasi, mengajak anak untuk telanjang, menyentuh organ kelamin anak, atau bahkan melakukan aktivitas seksual dengan anak-anak.
Sebagian pelaku hanya menunjukkan perilaku ini kepada kerabat dekat, termasuk anaknya sendiri. Pelaku pedofil kerap mengancam korbannya agar perilakunya tidak diketahui orang lain.
• Eksibisionisme
Eksibisionisme adalah perilaku ketika seseorang kerap mempertontonkan organ kelamin pada orang asing. Orang ini punya kecenderungan ingin membuat orang asing terkejut, takut, atau terkesan dengan perilakunya tersebut.
Meski biasanya tidak diiringi dengan tindakan lebih lanjut,seperti penyerangan terhadap orang lain, namun ada kalanya orang ini berani melakukan masturbasi di tempat umum sambil memperlihatkan kemaluannya.
• Voyeurisme
Perilaku meraih kepuasan seksual dengan mengintip atau mengamati orang yang sedang berganti pakaian, mandi, atau melakukan aktivitas seksual. Pengintip tidak bertujuan menjalin kontak seksual dengan korban. Umumnya penderita kondisi ini hanya melakukan masturbasi sambil mengintip.
• Froteurisme
Penderita froteurisme memiliki kecenderungan untuk menggesek organ kelaminnya pada tubuh orang asing, termasuk di tempat umum.
Kelainan seksual ini paling sering ditemui pada pria dengan dengan rentang usia 15-25 tahun dengan perilaku yang cenderung pemalu.
• Fetisisme
Penderita fetisisme memilliki gairah seksual terhadap benda mati, seperti celana dalam atau sepatu wanita. Hasrat seksual orang dengan fetisisme ini akan bangkit dengan menyentuh atau menggunakan benda-benda tersebut.
Benda itu kadang digunakan saat berhubungan seksual dengan orang lain atau bahkan ada kalanya menggantikan hubungan seksual yang sesungguhnya dengan orang lain.
Ada juga kelainan lain yang disebut parsialisme, yaitu ketertarikan seksual pada bagian tubuh tertentu, seperti dada, bokong, atau kaki orang lain.
• Transvestitisme
Transvestitisme adalah perilaku pria heteroseksual yang suka berpakaian dan berdandan selayaknya wanita untuk membangkitkan fantasi atau gairah seksual.
Agar tidak ketahuan, sebagian pria yang menderita kelainan ini, mendapatkan kepuasan dengan menggunakan pakaian dalam wanita, di balik pakaian yang digunakan sehari-hari.
• Masokisme seksual
Penderita masokisme meraih kepuasan seksual ketika dia mendapat kekerasan, baik secara verbal atau nonverbal, seperti digigit, diikat, atau dipermalukan dengan kata-kata tertentu. Penderita masokisme dapat menyayat atau membuat luka bakar pada dirinya.
Seringkali orang dengan kelainan masokisme mencari pasangan yang meraih kepuasan seksual dengan melakukan kekerasan (sadisme). Pasangan sadomasokisme, di mana yang satu adalah seorang masokis dan yang lain adalah seorang sadis, biasanya melakukan aktivitas seksual meliputi jeratan atau ikatan (bondage), pemukulan pada bokong (spanking), atau simulasi pemerkosaan.
• Sadisme seksual
Penderita sadisme seksual terus-menerus memiliki fantasi dan mendapatkan kepuasan seksual dari menyiksa pasangannya secara psikologis dan fisik, seperti memerkosa, menyiksa, atau bahkan membunuh. Dengan melakukan perilaku ini, penderita merasa berkuasa terhadap korbannya. Pelaku sadisme dapat dikenai hukuman pidana dan perlu mendapat perawatan intensif dari psikiater.