Protes Ketiadaan Pupuk Subsidi dan Rendahnya Harga Sayuran, Petani Jember Bagi-bagi Sayuran
JEMBER, FaktualNews.co-Para petani yang tergabung dalam Himpunan Kerukunan Tani Indonesia (HKTI) Jember, membagikan sayuran gratis terhadap ratusan warga di kawasan Kecamatan Patrang, Minggu (27/9/2020).
Pembagian sayuran gratis itu dilakukan selama dua hari sejak Sabtu (26/9/2020) kemarin, sebagai bentuk protes para petani karena ketiadaan pupuk subsidi, dan anjloknya harga sayuran saat ini.
“Pada momen hari tani ke 60 tahun ini, kami petani Jember bagi-bagi sayuran gratis kepada warga. Alhamdulilah ini bentuk protes kami, karena pupuk subsidi gak jelas, dan harga komoditas sayuran semakin anjlok. Daripada dibuang, Alhamdulillah kami petani hebat biaa bagi-bagi sayur gratis,” kata Ketua HKTI Jember Djumantoro.
Sayuran yang dibagikan gratis itu, terdiri dari, terong, sayur bayam, tomat, lombok dan cabai, gubis, mentimun, dan banyak lagi macam lainnya.
“Ini semua karena harga hasil pertanian terjun bebas, dan pupuk subsidi yang tidak jelas. Ada kartunya, tapi tidak bisa digunakan. Karena alat-alat EDCnya (alat untuk melakukan transaksi) dengan itu belum ada databasenya. Sehingga bagimana kita mau cairkan atau gunakan untuk pupuk subsidi, ketambahan lagi persoalan stok tidak memenuhi pupuk petani di Jember,” jelasnya.
Sebanyak seribu sayuran disiapkan para petani dan dibagi-bagikan gratis. “Ini bentuk kritik kami, dan daripada dibuang begitu saja mending dibagikan
Lebih jauh Jumantoro menjelaskan, petani saat ini benar benar menderita. Ditengah harga komuditas pertanian anjlok petani juga diterpa oleh kesulitan mendapatkan pupuk subsidi di Kabupaten Jember.
Jumantoro membandingkan dengan subsidi Bahan Bakar Bensin (BBM) dan subsidi gas elpiji 3 kilogram (Kg).
“Alokasi subdisi bagi dua barang tersebut tidak sesaklek subsidi pupuk. Tak ada persyaratan khusus yang menyusahkan masyarakat untuk mendapatkan subsidi BBM maupun Gas elpiji. Kenapa saat pembagian pupuk subsidi kepada petani syaratnya begitu jelimet (rumit),” tegas Jumantoro.
Sedangkan untuk pemerintah kabupaten Jember, Jumantoro mengkritik lambanya pihak terkait menyusun E-RDKK pada 2019.
“Dampak yang jelas terjadi, aloksasi pupuk subsidi untuk Jember tahun 2020 tak sampai 50 persen dari kuota sebelumnya,” ungkapnya.
“Akibatnya tidak sampai penghujung tahun, petani di Jember sudah kehabisan pupuk subsidi,” imbuhnya.
Terpisah, inisiator Djoko Susanto Foundation yakni Djoko Susanto mengatakan, perlu adanya regulasi yang konkret dan jelas, untuk membantu persoalan yang dihadapi para petani ini.
“Khususnya di Jember, persoalan petani ini kompleks dan banyak yang harus diperhatikan. Jadi perlu regulasi yang jelas. Mulai dari bagaimana soal pupuk subsidinya, soal komoditas pertanian yang potensi, dan bagaimana menyikapi soal anjloknya harga,” ulasnya.
Joko juga menambahkan, sebagai lembaga sosial, yang konsen dan peduli dengan kondisi petani. Dirinya berharap, agar persoalan petani juga tidak dilupakan.
“Jember adalah kota agraris, luas pertanian di Jember masih bagus. Sehingga dengan adanya regulasi yang jelas, akan dapat membantu persoalan petani. Jadi ini perlu diperhatikan. Kiro-kiro ngunu lah (kira-kira begitulah),” pangkasnya.