Warung Kopi di Masa Pandemi, Layani Pelanggan di Belakang Hingga Jual Secara Online
NGANJUK, FaktualNews.co – Melewati masa pandemi tidak mudah. Berbagai cara dicari untuk dilakukan, termasuk para pelaku usaha. Setidaknya supaya bisa memenuhi kebutuhan keluarga, serta usahanya tidak sampai gulung tikar.
Seperti yang dialami Faisol (38), pemilik warung kopi di Jalan Barito No 107 Kelurahan Mangundikaran, Kecamatan/ Kabupaten Nganjuk. Sejak penerapan physical distancing Bulan April hingga Bulan Juni lalu, Faisol harus memutar otak supaya tidak kehilangan penghasilan.
Salah satu yang dilakukannya adalah melayani pelanggan di bagian belakang warung kopi (Warkop) miliknya. Setidaknya ada beberapa alasan yang membuatnya mengambil langkah demikian, selain untuk bisa mempertahankan sumber penghasilannya.
Diantaranya karena saat penerapan physical distancing warkop sudah dilarang buka. Apabila tetap buka akan terjaring razia petugas, dan selanjutnya akan disuruh menutup warungnya.
Warkop milik Faisol yang dikenal dengan warung Mbah Bayan ini memang terletak di pinggir jalan yang cukup ramai. Sehingga apabila warung buka mudah diketahui oleh petugas yang bisa dengan mudah melakukan razia dan penutupan warung.
“Akhirnya dibukalah disini (belakang warung) karena banyak pelanggan-pelanggan yang minta. Maunya ngopi disini. Kalau ngopi di warung bagian depan (tempat nongkrong biasanya di Warkop Mbah Bayan) tidak boleh, dan takut dirazia petugas, ya akhirnya kami layani saja di belakang sini,” kata Faisol kepada FaktualNews.co, Senin (28/9/2020).
Bagian belakang Warkop Mbah Bayan akhirnya ditambah kursi dan meja untuk tempat ngopi para pelanggan. Meski tidak banyak, namun usaha Warkop pria dua anak tersebut bisa tetap berjalan.
“Tapi, ya tetap kami batasi untuk yang datang. Harus jaga jarak, pakai masker, cuci tangan, bawa handsanitizer. Kan waktu itu juga memang masih heboh tentang Corona (Covid-19). Ada rasa takut, tapi juga senang karena usaha bisa jalan meski tidak normal,” ungkap Faisol.
Selain dapat peluang usaha bisa jalan dengan cara tersebut, Faisol juga melayani pembelian bubuk kopi jowo yang dijualnya secara online. Ia mempromosikan melalui berbagai aplikasi online yang ditindaklanjuti dengan jasa pengantaran ke pemesan.
“Bubuk kopi jowo ini saya jual online. Ya, akhirnya bisa nambah penghasilan saat pandemi kan,” ujarnya.
Tidak berhenti disitu, pria asal Tulungagung ini juga akhirnya menjual kaos “Mbah Bayan”. Kaos ini bertuliskan nama warkopnya serta diberi gambar Mbah Bayan sebagai pendiri tempat usaha tersebut. Produk baru milik Faisol ini dijual kepada para pelanggan warkop.
Menurutnya, Warkop Mbah Bayan ini memiliki pelanggan “fanatik” dari berbagai kalangan. Mulai dari tukang becak, anak-anak muda, para medis, aktivis, PNS, dan lainnya.
“Kami bahkan kenal dekat dengan para pelanggan. Dari situlah muncul ide buat kaos yang akhirnya kami jual ke pelanggan warkop sini, dan kenalan-kenalan kami. Ya, lumayan juga buat nambah penghasilan,” urai Faisol.
Ia menuturkan, selama pandemi omset dari warkopnya menurun drastis. Yang awalnya dalam sehari bisa meraup omset Rp 700.000 sampai Rp 1 juta, ia akhirnya hanya bisa memperoleh omset Rp 200.000 hingga Rp 400.000 per hari.
“Ya, dengan cara-cara seperti itu Alhamdulillah tidak sampai gulung tikar. Semoga bisa segera normal biar bisa nyaman seperti dulu,” harapnya.
Meski terdampak pandemi, ternyata sampai sekarang Faisol belum mendapat bantuan dari pemerintah. “Belum dapat. Katanya memang ada bantuan untuk pelaku usaha, tapi saya belum dapat. Semoga saja nanti bisa dapat,” pugkasnya.