Sejarah Tanaman Hias Hingga Ketenaran Janda Bolong Tergantikan Aglonema Super Red
FaktalNews.co – Banyaknya waktu luang di rumah selama pandemi COVID-19, membuat banyak orang mengeksplorasi hobi baru salah satunya merawat tanaman hias. Aktivitas merawat tanaman menjadi hobi yang digandrungi masyarakat.
Maka tak heran jika tempat-tempat penjual tanaman hias banyak didatangi mayarakat untuk mencari berbagai jenis tanaman. Salah satunya, janda bolong atau janbol.
Tanaman hias janda bolong ini banyak diburu para pencinta tanaman hias karena keunikan pada daunnya sehingga membuat pamor janda bolong melambung. Tidak hanya itu, harganya pun terbilang fantastis.
Namun, akhir-akhir ini ketenaran janda bolong mulai meredup dan giliran tanaman aglonema naik “kelas” dengan harga selangit.
Jenis tanaman aglonema saat ini banyak menjadi incaran para kolektor tanaman hias, terutama aglonema super red.
Aglonema super red banyak diincar pencinta tanaman hias, karena memiliki warna yang eksotis, perawatan tanaman hias ini tergolong mudah namun harus dengan metode yang benar.
Sejarah Tanaman Hias
Munculnya tanaman hias untuk memperindah rumah atau ruangan sudah ada sejak berabad-abad yang lalu. Dilansir dari laman nationaltrust.org.uk dan indonesiaterhubung, sebelum dikenal sebagai tanaman hias seperti saat ini, dahulu orang-orang lazim membawa bunga atau tanaman beraroma sedap sebagai pengharum ruangan.
Abad ke-17, saat itu pohon jeruk merupakan simbol status kekayaan di masyarakat, orang-orang kaya lazim memiliki sebuah rumah kaca untuk menanam pohon jeruk dan berbagai tanaman bunga.
Salah satu bangsawan dengan koleksi tanaman jeruk terbanyak adalah milik Duke of Lauderdale yang berlokasi di Ham House, Richmond, Virginia, Amerika Serikat. Kala itu, Duke of Lauderdale memiliki sekitar 63 pohon jeruk dan lemon serta 11 bak tanaman hijau.
Kemudian di abad ke-18, wadah dekoratif untuk memajang tanaman di dalam ruangan menjadi tren di kalangan pecinta tanaman. Di Inggris, Josiah Wedgwood merupakan salah satu pabrik pertama yang memproduksi pot tanaman dekoratif.
Dengan keahliannya di bidang mode, Wedgwood banyak membuat pot-pot keramik dengan lukisan dekoratif untuk dipajang di dalam ruangan.
Karena kemunculan tren pot dekoratif itu, pada abad ke-18 juga muncul tren produksi rak atau lemari khusus untuk memajang tanaman hias di dalam rumah.
Tren tanaman hias dalam ruangan mencapai puncaknya pada abad ke-19. Hal ini terjadi karena semakin banyak tanaman tropis dan sub-tropis yang diperjualbelikan antarnegara.
Memasuki pertengahan abad ke-19, buku dan majalah berkebun serta buku tips dekorasi rumah dengan tanaman hias juga semakin berkembang dan diminati.
Selain itu, pada paruh kedua abad ke-19, tanaman anggrek menjadi bunga paling populer dan paling mahal di antara tanaman bunga yang lain.
Pada awal abad ke-20, tren tanaman hias mulai mengalami pergeseran. Ketika modernitas mulai memengaruhi tren dekorasi rumah, interior yang dipenuhi tanaman dianggap kuno. Hanya beberapa tanaman, seperti kaktus dan sukulen yang masih digemari karena dianggap lebih sesuai dengan gaya arsitektur modern.
Namun, memasuki tahun 1950-an, tanaman hias dalam ruangan kembali digemari. Sebabnya, pada masa itu semakin banyak orang yang tinggal di apartemen dan semakin sedikit orang yang memiliki kebun.
Tak ketinggalan, saat itu desain hunian ala Skandinavia yang kerap menggunakan tanaman sebagai bagian dari dekorasi ruangan sedang populer.
Sejak saat itu, hobi memelihara tanaman hias di dalam ruangan tetap digemari, meskipun popularitasnya naik turun seiring waktu.