SURABAYA, FaktualNews.co – Nenek Yatimah (sebelumnya ditulis Suminah), yang tinggal seorang diri bersama tumpukan sampah di Jalan Girilaya, Kelurahan Banyu Urip Kecamatan Sawahan, telah diboyong Dinas Sosial Pemkot Surabaya ke UPT Griya Wreda Jambangan.
Kepala UPTD Griya Wreda Septarti Hendrartini menuturkan, begitu mendengar laporan adanya nenek sebatang kara yang tinggal bersama tumpukan sampah, pihaknya langsung mendatangi lokasi dan memboyongnya ke Griya Wreda untuk dilakukan perawatan.
“Begitu ada laporan dari posko, kita langsung mmenuju ke lokasi dan membawa nenek Yatimah ke Griya Wreda,” ungkap Septarti atau biasa disapa Titin ini, Rabu (16/12/2020).
Begitu sesampainya di Griya Wreda lanjut Titin, nenek Yatimah langsung dilakukan pendataan diri. Termasuk identitas pengampunya, yakni pendamping nenek Yatimah saat ditemukan. Baru kemudian dicek kesehatan guna mengetahui kondisi penyakit bawaan nenek berusia 71 tahun tersebut.
“Misal asam urat, kolesterol, darah tinggi kemudian gula darah,” kata dia.
Hasil cek kesehatan menunjukkan jika nenek Yatimah memiliki asam urat dan kolesterol yang sangat tinggi. Itulah mengapa kata Titin, selain faktor usia, nenek Yatimah kesulitan saat berdiri dan sering mengeluh sakit pada bagian kakinya.
Tahapan assesment atas nenek Yatimah belum berhenti disitu saja. Titin menjelaskan, usai mengecek kesehatan sang nenek, pihaknya kemudian membawanya ke ruang isolasi untuk dimandikan dan memberinya pakaian serta menyuapi makanan.
Di ruang isolasi itu nanti, nenek Yatimah akan menjalani kesehariannya bersama seorang penghuni panti yang lebih dulu disana. Sampai ada test swab Covid-19 yang diberikan. Jika hasilnya negatif, barulah nenek Yatimah dan temannya itu diperbolehkan bergabung bersama ratusan Lansia lain.
“Dia tinggal bersama satu mbah, ada satu Lansia. Jadi kamar itu cukup untuk enam memang digunakan untuk Lansia yang baru,” imbuhnya.
Menurut Titin, sejauh ini nenek Yatimah dikenal sebagai sosok yang mandiri. Semua aktivitas yang dia kerjakan pasca diboyong ke Griya Wreda sering dikerjakan tanpa bantuan petugas panti. Cara berkomunikasi juga dikatakan Titin, masih cukup baik. Termasuk dengan daya ingat yang cenderung tidak terlalu pikun.
“Cerewet juga ndak. Nurut-nurut, orangnya sangat nurut,” akunya.
Apabila proses assesment ini berjalan lancar, imbuh Titin, pihak panti akan mengupayakan mempertemukan dengan sanak saudaranya. Dengan terlebih dahulu menggali informasi sebisa mungkin dari nenek Yatimah bekerjasama dengan relawan maupun Tenaga Kesejahteraan Sosial Kecamatan (TKSK). Dan sebaliknya, jika tidak ada informasi keberadaan keluarga, nenek Yatimah kemungkinan akan tinggal bersama 150 Lansia lain di Griya Wreda sampai akhir hayat.
“Kalau lansianya ingat keluarganya akan kita carikan keluarganya, itu bisa kita kerjasama dengan relawan atau TKSK. Nanti kalau memang ketemu dengan keluarganya, mungkin keluarganya bisa dikasih tahu. Ini lho orang tuamu, atau ibumu, atau nenekmu disini. Barulah nanti kita ajak bicara, ini rencananya mau dibawa pulang atau tetap ditaruh disini. Kemudian harus ada berita acaranya,” kata Titin memungkasi.
Diberitakan sebelumnya, seorang nenek ditemukan tinggal sebatang kara di bekas rumah dokter bersama tumpukan sampah. Saat pertama kali ditemukan, kondisi nenek sangat memprihatinkan, selain sampah banyak dijumpai serangga kotor mengerubungi tubuhnya.
Tak hanya itu, lorong sempit nan tersembunyi serta tidak adanya penerangan lampu makin menambah penderitaan nenek Yatimah.