Peristiwa

Derita Dua Bocah Kakak Beradik di Jember, Jadi Kuli Bangunan

JEMBER, FaktualNews.co – Dua bocah kakak beradik asal Dusun Sumbercandik, Desa Panduman, Kecamatan Jelbuk, Jember, hidup dalam kemiskinan. Kedua bocah itu bernama Dedi (13) dan adiknya Nur Kholifah (8). Anak pasangan suami istri Tohari (35) dengan S. Buana (41).

Potret kemiskinan yang dirasakan kakak beradik itu. Tampak dari rumahnya berukuran 3 x 6 meter yang sebagian besar berdinding gedek (anyaman bambu), serta beralaskan tanah.

Selain itu, untuk kegiatan masak satu keluarga. Juga masih menggunakan tumang dengan bahan bakar kayu bekas.

Pantauan wartawan ke tempat tinggal Dedi dan Nur Kholifah. Untuk memenuhi kebutuhan makanan, keluarga ini hanya mengandalkan uluran tangan dari tetangga ataupun sanak saudara.

Kondisi keprihatinan yang dialami kedua bocah itu. Ditambah dengan situasi kakak beradik itu yang tidak pernah sekolah, dan kondisi fisik Nur Kholifah yang difable.

Dengan tidak memiliki kaki kanan yang sempurna. Juga kondisi ruas jari tangan dan juga jari kaki yang tidak sempurna.

Tidak cukup di sana, Tohari ayah kedua bocah itu. Menurut sanak saudara dan keluarganya, memiliki kondisi tidak sehat mental.

Tanpa diketahui penyebabnya, Tohari menurut warga sekitar diketahui mengalami depresi. Sehingga tidak bisa mengasuh atau menjadi kepala keluarga yang baik.

Sehari-hari hanya pergi ke perkebunan atau hutan untuk mencari rumput. Padahal tanpa alasan jelas pergi keluar rumah.

Hanya sang ibu dari kedua bocah itu yang selalu telaten mengasuh dan merawat anak-anaknya. Meskipun dengan kondisi dalam keterbatasan dan kemiskinan.

Dengan bekerja serabutan dan mencari rumput untuk pakan ternak milik tetangga.

Demi memenuhi kebutuhan sehari-hari untuk hidup. Dedi sebagai anak laki-laki pertama, meskipun umurnya masih 13 tahun. Sudah ikut membantu ibunya bekerja ataupun mencari penghasilan.

Terkadang membantu mencari rumput untuk makanan ternak milik tetangga. Bahkan menjadi kuli bangunan untuk membawakan adukan semen.

Saat ditanya alasan bekerja keras itu, Dedi berniat membantu kebutuhan keluarga. Juga memiliki keinginan untuk membelikan adik perempuannya kaki palsu agar bisa berjalan dengan normal.

“Saya bantu kerja ibu cari rumput untuk ternak punya tetangga. Kadang juga bantu mengaduk semen untuk bangunan bantu tetangga atau ikut paman,” kata Dedi di rumahnya, Minggu (19/9/2021) pagi.

Dedi mengatakan, meskipun dirinya terbilang masih bocah. Tapi dalam bekerja berat di bangunan tidak merasa capek.

“Tidak capek karena saya sudah besar. Kasihan ibu juga kalau mengurus saya dan adik,” katanya.

Diakui Dedi, untuk membantu ibunya mencari penghasilan. Dirinya dan juga adiknya Nur, membantu bekerja sebagai kuli bangunan.

“Kita bawakan adukan semen, kadang bantu mencampur semen dan kapur. Lumayan untuk bisa beli beras dan ngasih ke ibu,” ucapnya.

Karena tidak punya biaya cukup untuk sekolah, Dedi juga mengaku ingin sekolah.

“Saya ingin sekolah, tapi gak punya uang. Adik saya juga gak sekolah. Pengen sekolah,” ucapnya memelas.

Senada dengan Dedi, adik perempuannya Nur Kholifah juga ingin sekolah seperti teman-temannya.

“Saya pengen sekolah, biar bisa bantu ibu,” ucapnya.

Dengan kondisi fisik yang tidak sempurna. Nur panggilan akrabnya, juga ingin punya kaki palsu.

“Dulu saya dikasih kaki palsu. Waktu umur 4 tahun. Sekarang sudah rusak. Pengen punya lagi. Biar bisa jalan dan kerja bantu mas Dedi,” ucapnya.

Terpisah paman kedua bocah malang itu Mistar, mengatakan jika keponakannya itu memang bekerja serabutan untuk memenuhi kebutuhan hidup.

“Saya tidak tega, kasihan mereka. Memang membantu membawakan adukan semen, atau ikut mencampur semen dan kapur. Selain itu, kadang juga cari rebha (rumput, red) untuk kambing tetangga,” ujar Mistar.

Untuk bapak kandung kedua keponakannya itu, kata Mistar, mengalami depresi.

“Memang sakit, tidak tahu penyebabnya apa. Tidak bisa diajak komunikasi dengan lancar. Ngomongnya sudah kesana kemari. Ibunya yang mencari rumput sehari-harinya untuk di jual itu,” ucapnya.

Untuk hasil menjual rumput itu, kata Mistar, hanya cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari keluarganya tersebut.

“Ya kondisi keluarga ini tidak bisa menyekolahkan kedua anaknya. Hasil dari mencari rumput itu saja cuma cukup dibuat makan,” ujarnya.

Mistar juga menjelaskan terkait kondisi Nur yang membutuhkan kaki palsu.

“Dulu pernah dapat bantuan untuk kaki palsunya Nur ini. Tapi sekarang kondisinya sudah rusak lagi. Semoga mendapatkan bantuan dari pihak mana saja. Kasihan soalnya. Apalagi setiap harinya nguli bangunan, bantu keluarganya,” pungkas Mistar.