SITUBONDO,FaktualNews.co-Puluhan petani Desa Tanjung Glugur, Kecamatan Mangaran, Kabupaten Situbondo, melakukan protes terhadap pengelola tambak udang CV Tanjung Mangaran. Pasalnya, pengelola tambak menutup saluran pembuangan, Kamis (4/2/2021).
Akibat saluran pembuangan air ditutup oleh pengelola CV Tanjung Mangaran, Situbondo, puluhan hektar sawah milik para petani setempat tidak dapat ditanami, karena tergenang air. Bahkan, ini berlangsung dua tahun.
Untuk menyelesaikan konflik antara para petani dengan CV Tanjung Mangaran, puluhan petani Desa Tanjung Glugur, Kecamatan Mangaran, Situbondo, mereka mengikuti rapat mediasi dengan pengusaha tambak di kantor setempat.
Bahkan, dalam rapat mediasi itu,dihadiri ketua dan anggota Komisi III DPRD Situbondo, Kepala DLH Kabupaten Situbondo, Kades Tanjung Glugur Annisatul Arifah, pengelola tambak dan para petani setempat.
Salah seorang petani bernama Rudi Hartono mengatakan, persoalan antara petani dan pengusaha tambak sejatinya sudah terjadi cukup lama. Sekitar dua tahun lalu. Namun dari waktu ke waktu, tidak juga ditemukan solusi.
“Awalnya tidak ada masalah antara petani dan pengusaha tambak. Saluran pembuangan disediakan di sebelah timur. Namun entah mengapa, secara tiba-tiba saluran tersebut ditutup,” jelasnya.
Setelah itu, kata Rudi, pengusaha tambak kembali membuat saluran pembuangan. Tepatnya di sebelah utara lahan tambak. “Namun setelah beberapa waktu, saluran tersebut kembali ditutup. Setelah itu dibuatkan saluran ke arah barat,” ungkapnya.
Tapi sayang, saluran yang baru dibuat itu taidak bekerja maksimal. Sebab posisi tanah di sebelah barat lebih tinggi dari timur. Sehingga air tidak bisa mengalir ke barat.
“Kan tidak mungkin air mengalir ke tempat yang lebih tinggi. Alhasil, lahan pertanian warga tergenangi air saat musim hujan. Hal tersebut tentu sangat merugikan,” jelasnya.
Salah satu dampaknya adalah turunnya harga tanaman yang ditanam di lahan tersebut. “Seperti jagung milik saya. Biasanya penghasilan saya dari menanam jagung Rp 10 juta, menjadi turun. Pembeli menawar lebih rendah karena kondisinya kurang bagus. Menjadi Rp 8 juta,” terangnya.
Selain itu, sejumlah juga tidak bisa menanam dan panen tepat waktu. “Pokoknya cukup banyak dampaknya. Kita sangat dirugikan,” ungkapnya.
Hal senada juga disampaikan Kepala Desa Tanjung Glugur, Anisatul Arifah. Menurutnya, sudah cukup banyak warga yang datang kepadanya untuk meminta tolong. “Maka dari itu saya mengundang DPRD untuk minta tolong agar dilaksanakan mediasi. Dan alhamdulillah mediasi berjalan lancar,”bebernya.
Menurut dia, pihak pengusaha tambak sudah siap untuk membuat saluran pembuangan untuk petani. “Rencananya saluran tersebut akan dialirkan dari arah selatan ke utara sehingga tembus ke laut. Semoga saja benar-benar terlaksana,” pungkasnya.