FaktualNews.co

Sanggar Agung Kenjeran Surabaya, Vihara Tri Dharma Bercorak Jawa-Bali

Religi     Dibaca : 1724 kali Penulis:
Sanggar Agung Kenjeran Surabaya, Vihara Tri Dharma Bercorak Jawa-Bali
FaktualNews.co/Mokhamad Dofir/
Penampakan Sanggar Agung Kenjeran Surabaya dari luar gapura, Selasa (9/2/2021).

SURABAYA, FaktualNews.co – Sanggar Agung Kenjeran merupakan salah satu Vihara tri dharma. Bangunan nyentrik bercorak Jawa-Bali ini cukup dikenal warga Surabaya. Lokasinya di bibir pantai Selat Madura, menjadikan tempat suci tersebut tampil mempesona kala pagi.

Ketika area sanggar mulai dijejaki, pengunjung sudah disuguhi kemegahan gapura bernuansa Bali. Relief angkul-angkul berwarna merah jingga seakan turut menyambut kedatangan para tamu vihara.

Untuk memasukinya, ada dua pintu kelenteng yang disesuaikan dengan tujuan pengunjung. Pintu kiri bagi yang hendak sembahyang, sedangkan pintu kanan bagi pengunjung biasa. Sementara pintu tengah waktu itu tampak tertutup pagar kayu berwarna gelap.

Beberapa langkah dari pintu gerbang, pengunjung akan melihat halaman vihara. Disana terdapat ornamen bunga lotus ditengah kolam yang melingkarinya. Halaman ini sebenarnya bagian belakang vihara, karena sejatinya Sanggar Agung Kenjeran menghadap timur ke lautan lepas. Di ujung halaman itulah bangunan utama vihara berada. Di dampingi dua bangunan penyokong, tempat pengelola sanggar untuk melayani kebutuhan sembahyang umat Budha.

Umat sedang bersembahyang di dalam area sanggar, Selasa (9/2/2021). FaktualNews.co/Mokhamad Dofir/

Umat sedang bersembahyang di dalam area sanggar, Selasa (9/2/2021). FaktualNews.co/Mokhamad Dofir/

Meruyup kedalam tempat peribadatan, pengunjung seketika mendapati aneka lilin di area persembahyangan, semarak lampion tergantung di langit-langit, lampu hias hingga damar minyak diatas mangkok besar. Dari dupa yang terbakar, asap menguar. Aroma khas dupa memenuhi seluruh ruangan kelenteng. Di setiap sudut bangunan juga terdapat aksara han, tulisan Suku Tionghoa.

Di area ini tampak beberapa orang khusyuk melantunkan doa-doa dihadapan rupang dewa. Sambil sesekali mengangkat hio diatas kepala lalu kembali diturunkan tepat didepan wajah. Setelahnya, mereka bergeser ke ruangan lain. Di ruangan itu hal yang sama mereka jalankan sembari diselingi ritual membakar Kim Cua dan Gin Cua-semacam uang kertas-diperuntukkan bagi dewa-dewi maupun arwah leluhur.

Chelsea (20), salah seorang pengunjung menyampaikan, kedatangan bersama teman-temannya di Sanggar Agung merupakan bagian tradisi yang selalu ia kerjakan menjelang perayaan Imlek 2021.

“Karena ini (sudah) tradisi. Memberi hormat kepada sang leluhur yang telah meninggal begitu,” ujar dia, Selasa (8/2/2021).

Dirinya memilih mengawali sembahyang menyambut perayaan Imlek 2571 tiga hari sebelum hari H, karena kebetulan saat itu tidak ada kegiatan. Sehingga ia sengaja meluangkan waktu berkunjung ke Sanggar Agung Kenjeran. Di tempat itu, dirinya mengaku berdoa dihadapan dewa meminta kebahagiaan bagi seluruh keluarga.

“Buat kebahagiaan orang disekitar saja,” katanya.

Sanggar Agung Kenjeran Surabaya. FaktualNews.co/Mokhamad Dofir/

Sanggar Agung Kenjeran Surabaya. FaktualNews.co/Mokhamad Dofir/

Tak cuma itu, ia juga berdoa meminta keselamatan kepada dewa-dewi supaya pandemi Covid-19 segera diangkat dari muka bumi, “berharap (pandemi) cepat selesai. Semoga kembali dari awal,” tandasnya.

Sementara itu, Eko Wahyuni (49), perempuan penjaga sanggar menjelaskan, kedatangan para tamu memang biasa terjadi terutama ketika menjelang perayaan Imlek nanti. Dan puncaknya pada H-1, atau Kamis (11/2/2021) malam.

Lebih jauh ia menceritakan, di Sanggar Agung Kenjeran Surabaya terdapat 10 rupang dewa yang menjadi sesembahan umat Tri Dharma. Yakni, Dewi Kwan Im dan Den Kong, Dewa Sakyamuni Budha, Dewa Kongco Thian Tee, Dewa Hay Liong Ong Tek Kongco, Dewa obat, Dewa Perang, Dewa Bumi, Dewa Rejeki dan Kong Hu Cu.

“Kalau berdoa secara bergiliran, kan ada nomor urutnya disana,” lanjut perempuan biasa disapa Yuni.

Sebelum sanggar didirikan, dulunya lokasi tersebut hanya terdapat Cetiya Kwan Kong Bio. Cetiya adalaha semacam bangunan pengingat Budha Gautama dalam ajaran Threvada. Cetiya dibangun pada 15 Agustus 1978, tepat di hari raya Zhong Ciu Jie.

Karena semakin banyak umat yang datang, maka sejak tahun 1991, Cetiya dipugar pengelola dengan memperluas area peribadatan menjadi sebuah Sanggar Agung Kenjeran. Selang delapan tahun kemudian Sanggar Agung Kenjeran diresmikan oleh para tokoh dari berbagai aliran Buddha.

Di sisi timur sanggar, terdapat gerbang langit setinggi 18 meter. Dilengkapi dengan rupang Dewi Kwan Im bersama dua siswa utama Shan Nan dan Tong Nu. Dikawal oleh empat raja surga, yaitu Vaisravana, Dhrtarastra, Virudhaka dan Virupaksa. Sedangkan di bagian bawah terdapat dua ekor naga hitam dan merah sebagai pelambang arah utara dan selatan.

Terpisah di luar barat area sanggar, terdapat rupang dewa setinggi 9 meter berlapis emas 24 karat. Yuni menyebut, rupang itu perwujudan dari Dewa Brahma atau Si Mien Fo alias Dewa Empat Muka. Konon patung ini tertinggi Se Asia Tenggara.

“Hari-hari tertentu digelar doa bersama dengan agama lain, hindu dengan budha,” tutupnya.

Baca berita menarik lainnya hasil liputan
Editor
S. Ipul