Peristiwa

Kirim Surat ke Dinkes, RSNU Banyuwangi Klarifikasi Dugaan Malpraktik

BANYUWANGI, FaktualNews.co-Malpraktik yang diduga dilakukan oknum dokter di RSNU Banyuwangi direspons pihak RSNU dengan melakukan klarifikasi tertulis ke Dinas Kesehatan (Dinkes) Banyuwangi.

Plt Kabid Pelayanan Kesehatan Dinkes Banyuwangi dr Dwi Prihatiningsih mengatakan, di dalam surat klarifikasi tersebut dibeberkan kronologi mulai awal masuk pasien atas Vivi Restiana, warga Dusun Sukorejo, Desa Sukomaju Kecamatan Srono, Banyuwangi, hingga pasien pulang.

Dwi Prihatiningsih mengatakan sepertinya pasien pada persalinan pertama juga melakukan operasi caesar. “Ada indikasi operasi caesar karena proses awal persalinan sebelumnya juga operasi. Operasi sudah di rencanakan 10 hari sebelumnya,” katanya, Senin (1/3/2021).

Soal pendarahan kepada pasien, dalam isi Surat tersebut, menurut dr Dwi, hal seperti itu bisa saja terjadi kepada semua pasien.

“Pada pasien ini terjadi perdarahan di bawah kulit, dan sudah dilakukan penanganan dengan operasi ke-2. Hal ini bisa saja terjadi pada semua pasien, karena perjalanan penyakit pada tiap-tiap orang bisa berbeda,” imbuhnya.

Tak hanya itu, menurutnya, dokter pun sudah memberikan penjelasan terkait dengan kondisi pasien.

“Menurut Surat yang kami terima, sudah sesuai dengan prosedur. Untuk kasus ini, sudah sesuai SOP (standar operasional prosedur). Namun Dinkes tetap melakukan pembinaan, pengawasan dan pengendalian ke semua RS,” pungkasnya.

Diberitakan sebelumnya, Vivi Restiana, diduga menjadi korban malpraktik oknum dokter RSNU setempat saat melahirkan dengan cara operasi caesar.

Menurut Vivi, setelah dioperasi caesar saat melahirkan anak keduanya di RSNU Banyuwangi, pasien BPJS Kesehatan ini hampir kehilangan nyawa dan sempat mengalami gangguan kejiwaan karena bekas jahitan operasi selalu mengeluarkan darah.

Dia menceritakan, dugaan malpraktik yang dialaminya itu terjadi saat melahirkan anak keduanya 14 Januari 2021 lalu. Seperti anak pertama, kelahiran juga dilakukan secara caesar.

Akhirnya pasien yang masuk RSNU menggunakan fasilitas BPJS Kesehatan itu menuruti saran dokter untuk melakukan operasi caesar. Operasi caesar lancar. Namun setelah operasi, kondisi Vivi malah bertambah buruk.

Bekas jahitan operasi caesar selalu basah menggeluarkan darah. Selain itu Vivi juga nyeri pada perutnya. Padahal semua saran dokter sudah dilakukan.

“Rasa nyeri di perut bekas operasi ini masih terasa hingga saya pulang ke rumah,” jelasnya. Kecuali itu, bekas jahitan operasi caesar juga masih basah terkena rembesan darah.

Karena ada yang tidak beres, ia berkonsultasi dengan dr Wasilul yang melalukan operasi caesar terhadapnya.

Oleh dr Wasilul, Vivi disarankan operasi ulang, demi kesehatannya. Vivi pun operasi kedua pada 25 Januari 2021.

Namun, kondisi Vivi tak kunjung membaik, masih ada cairan yang keluar dari bekas jahitan serta rasa nyeri di perut. Bahkan setelah operasi kedua ia harus dipasang selang serta kantung darah di luar.

Hingga beberapa hari justru sakit di perut semakin parah, dokter lagi-lagi hanya bilang sabar.

Setelah check up diketahui pula trombosit di dalam darah meningkat hingga 1 juta, padahal normalnya 150 ribu hingga 400 ribu. Vivi pun sempat mengalami gangguan pada kejiwaannya.

“Saya waktu itu marah-marah tanpa sebab, anak saya saja ketika saya gendong mau saya lempar. Saya merasa hidupku tidak akan lama lagi, saya stres waktu itu,” ungkapnya.

Pihak keluarga pun akhirnya membawa Vivi ke rumah sakit swasta lainnya di Banyuwangi, setelah mendapat rekomendasi dari dokter saat melakukan USG.

Akhirnya pada 18 Februari 2021 Vivi menjalani operasi di rumah sakit swasta lain di Banyuwangi, ditangani dokter ahli bedah untuk mengangkat gumpalan darah dan nanah di dalam perut.

“Yang saya sesalkan kenapa dari awal dokter tidak bilang kalau ada gumpalan darah yang tertinggal di dalam perut dan tidak mengangkatnya. Hanya bilang sabar-sabar,” tegas dia.

Meski masuk ke RSNU Banyuwangi menggunakan BPJS Kesehatan, nyatanya Vivi masih diharuskan merogoh kocek Rp 5 juta saat operasi caesar pertama dan Rp 4 juta ketika operasi kedua.