Peristiwa

Tak Ada Tempat Ibadah, Warga Perumahan di Jember Ini Salat Tarawih di Rumah Kosong

JEMBER, FaktualNews.co – Warga kompleks Perumahan Puri Antirogo, Desa Patemon, Kecamatan Pakusari, melaksanakan ibadah Salat Tarawih dengan menumpang di salah satu rumah kosong, Senin (12/4/2021) malam. Hal itu terpaksa dilakukan, karena warga setempat tidak memiliki musala ataupun masjid. Padahal, perumahan itu sudah dihuni sejak 4 tahun lalu..

Ketiadaan musala ataupun masjid untuk beribadah Salat Tarawih, ataupun salat lima waktu lainnya, karena pengembang perumahan tidak memenuhi keberadaan fasilitas umum (fasum) untuk beribadah warga muslim setempat.

“Saya sudah ada dan tinggal di Perumahan Puri Antirogo ini sekitar tahun 2018/2019. Kurang lebih 4 tahun sampai sekarang saya tinggal di sini,” kata Koordinator Panitia Salat Tarawih Warga Perumahan Puri Antirogo, Muhammad Adib Eka Laksana, Senin (12/4/2021) malam.

Pria yang akrab Adib ini mengatakan, sebelumnya dia tinggal di rumah orang tuanya di Jalan Karimata, Kecamatan Sumbersari.

“Tapi kemudian karena permintaan istri, saya pindah ke sini (Perumahan Puri Antirogo) dengan pertimbangan untuk hidup mandiri,” katanya.

Dengan kondisi ketiadaan musala ataupun masjid di komplek perumahan tempat tinggalnya itu. Diakui membuat bingung dirinya dan juga warga setempat.

“Karena sudah sejak lama, saat ingin beribadah Salat Tarawih apalagi saat Ramadan ini, tentunya kita ingin ibadah salat di tempat ibadah yang semestinya dan layak. Tapi karena kondisi yang ada, kita terpaksa numpang di rumah salah seorang warga yang tidak ditempati ini,” ungkapnya.

Untuk rumah tempat ibadah Salat Tarawih yang dijalani berada di Kompleks Perumahan Puri Antirogo I, di rumah kapling nomor 15.

Luas bangunan rumah kosong itu, berdiri di tanah seluas 72 meter persegi. Dengan tipe rumah 36.

Dengan kondisi salat menumpang di salah satu rumah kosong. Untuk salat berjamaah terpaksa menyesuaikan.

“Karena kebetulan di kompleks perumahan kami masih banyak yang belum ditempati. Sehingga hanya ada kurang lebih 51 KK (Kepala Keluarga) di tempat kami, dengan jumlah penganut Islam 51 KK,” sebutnya.

Untuk pelaksanaan ibadah Salat Tarawih hari pertama di Ramadan 1442 Hjriah ini, hanya diikuti 20 orang jemaah.

“Karena warga terus terang awalnya bingung, jadi hanya 20 orang jemaah yang salat, suami-istri, dan anaknya. Tapi semisal hari-hari berikutnya, kalau salat semua tidak bisa dibayangkan bagaimana kami salat numpang rumah kosong, diikuti ratusan orang,” ulasnya.

Dengan kondisi salat dengan menumpang di dalam rumah kosong. Kondisi saf salat juga diatur sedemikian rupa. Terlebih lagi saat Pandemi Covid-19 ini.

Bendahara Kegiatan Salat Tarawih berjamaah Antok Ramadan, mengatakan dengan kondisi salat terbatas itu, pihaknya harus mengatur posisi salat secara kondisional.

Tapi dengan masih diwaktu pandemi Covid-19. Panitia penyelenggara Salat Tarawih menyediakan tempat cuci tangan, pakai masker, dan jaga jarak antar jemaah salat 1,5 meter.

“Ya karena kita salat numpang di rumah kosong, jadi untuk saf salat, pembagian jemaah laki-laki dan perempuan, sekaligus juga posisi imam diatur dengan kondisional. Saat ini masih pandemi (covid-19). Kita salat berjamaah tetap dengan menerapkan Prokes (protokol kesehatan),” kata Antok.