FaktualNews.co

Sumur di Makam Troloyo Mojokerto, Konon Jejak Peninggalan Tumenggung Satim Singomoyo Tokoh Majapahit

Sosial Budaya     Dibaca : 2320 kali Penulis:
Sumur di Makam Troloyo Mojokerto, Konon Jejak Peninggalan Tumenggung Satim Singomoyo Tokoh Majapahit
FaktualNews.co/lutfi hermansyah
Sumur di area Makam Syekh Jumadil Kubro atau Makam Troloyo di Desa Sentonorejo, Kecamatan Trowulan, Kabupaten Mojokerto.

MOJOKERTO, FaktualNews.co – Bulan suci Ramadan, Makam Syekh Jumadil Kubro atau lebih dikenal dengan makam Troloyo di Desa Sentonorejo, Kecamatan Trowulan, Kabupaten Mojokerto, ramai dikunjungi sebagai lokasi ziarah serta tempat wisata religi .

Di areal kompleks makam, terdapat sebuah sumur yang diyakini memiliki banyak khasiat dan memberi berkah bagi mereka yang meminumnya. Ada pula yang mempercayai, jika meminum air sumur tinggalan ini bisa memiliki ketenteraman batin

Konon, sumur itu merupakan jejak peninggalan Tumenggung Satim Singomoyo. Tumenggung Satim Singomoyo adalah salah satu tokoh masyarakat pada zaman Kerajaan Majapahit yang kebetulan sudah memeluk agama Islam.

Tumenggung Satim Singomoyolah yang diajak bertukar pendapat oleh Syekh Jumadil Kubro, dimana punjer wali songo (wali sembilan) ini pada awalnya sangat kesulitan dalam mengembangkan ajaran Islam di tanah Jawa.

Berkat Tumenggung Satim Singomoyo, dibantu 2 orang santrinya, Raden Husen (Sayid Chusen) dan Immamuddin Sofari, sedikit demi sedikit banyak warga Majapahit yang memeluk Islam.

Menurut salah satu sesepuh desa setempat, Nur Arifin, awal ditemukan sumur tersebut tidak berbentuk bundar, melainkan persegi dan terbuat dari batu bata merah. Lama-kelamaan hancur dan harus direnovasi.

“Sumur itu memiliki kedalaman 5 meter. Alhamdulillah tidak pernah kering. Mesin diesel penyedot air saja tidak bisa menghabiskan airnya. Jadi luar biasa sumber itu,” katanya saat berbincang dengan Faktualnews.co di depan makam Tumenggung Satim Singomoyo, Kamis (15/04/2021).

Dari cerita yang ia dengar, Sumur itu dipergunakan Tumenggung Satim Singomoyo untuk membasuh wajah atau berwudhu.

“Biasanya para peziarah menyempat diri mengambil atau sekadar mencicipi air sumur tersebut. Terkait khasiatnya bisa macam-macam. Yang penting niatnya itu selalu ikhtiar meminta apapun kepada Tuhan sesuai keyakinan masing-masinglah. Kalau yakin bisa menyembuhkan penyakit ya tidak apa-apa, tapi yang menyembuhkan bukan air, kan begitu,” ungkap Arifin.

Makam Tumenggung Satim Singomoyo berada di sisi selatan makan syekh Jumadil Kubro, tepat dibawah pohon beringin berkuruan besar.

Makam Tumenggung Satin Singomoyo ini dirawat dan bersihkan oleh seorang lansia bernama Mbah Sayuti berusia kirasan 70 tahun.

“Dulu yang jaga sumainya sebelum meninggal dunia, sekarang Mbah Sayuti yang meneruskan. Beliau kerasan disini, manti kalau sudah dijemput cucunya baru pulang,” terang Atifin, di samping Mbah Sayuti.

Baca berita menarik lainnya hasil liputan
Editor
Sutono Abdillah