Harga Daging Sapi di Situbondo Masih Stabil, Pembeli Juga Sepi
SITUBONDO,FaktualNews.co-Hingga pertengahan bulan suci Ramadan 2021, harga daging sapi masih stabil di sejumlah pasar tradisional di Kota Situbondo. Saat ini, harga Rp 110 ribu per kilogram untuk jenis daging super.
Melisa, salah satu pedagang menerangkan, biasanya ada kenaikan, meski tidak signifikan. Berkaca pada Ramadan tahun lalu, kenaikan harga SEJAK satu pekan sebelum lebaran. “Naiknya Rp 10 ribu. Itu tahun lalu ya, nggak tahu sekarang,” kata Melisa, Selasa (27/4/2021)
Lisa menambahkan, harga daging naik maupun turun, bagi pedagang sama saja. Yang penting konsumen atau pembeli tetap banyak. “Harga stabil nggak masalah, asal banyak peminat,”bebernya.
Sedangkan yang terjadi saat ini, konsumen berkurang. Ibu rumah tangga 28 tahun itu menerangkan, sampai sekarang belum ada lonjakan jumlah pembeli. “Pembeli malah berkurang. Puasa tahun ini sama dengan tahun sebelumnya,” ujarnya.
Karena itu, terkait daya beli tersebut, dia memperkirakan karena faktor ekonomi. Pandemi Covid-19 yang masih melanda dunia membuat masyarakat tidak mampu membeli daging.
“Kalau dua tahun lalu, awal puasa saja sudah banyak yang beli daging. Jadi menurut saya, kemungkinan faktor ekonomi masyarakat yang cenderung menurun,” imbuhnya.
Selain itu, pada pertengahan Ramadan tahun 2021 ini, harga daging kambing juga stabil di sejumlah pasar tradisional di Kota Situbondo.
Sulasia, salah satu pedagang menerangkan, per kilogram harganya Rp 145 ribu. Dia mengatakan, harga tersebut belum ada pergerakan sejak Idul Adha tahun lalu. “Sekali itu saja naik. Sampai sekarang tidak naik, tidak turun. Tetap segini,” katanya.
Sulasia tidak bisa memastikan apakah nanti ada kenaikan harga. Tetapi, jika harganya naik, paling mahal sampai Rp 150 ribu. “Saya memperkirakan, tidak mungkin lebih dari Rp 150 ribu,” kata pedagang daging kambing di Pasar Mimbaan Baru ini.
Dia juga mengaku, daya beli masyarakat menurun. Jika dibandingkan dengan jumlah pembeli saat ini, masih lebih baik tahun lalu.
Karena itu, Sulasia menilai, penurunan daya beli bukan karena pandemi. “Tahun lalu aja masih ada Virus Korona, tapi tetap ramai. Mungkin karena mahal,” katanya.