May Day, Serikat Buruh di Mojokerto Santuni Keluarga Marsinah
NGANJUK, FaktualNews.co – Sejumlah anggota Federasi Serikat Rakyat Pekerja (FSRP) dari Mojokerto mendatangi makam aktivis buruh, Marsinah, di Desa Nglundo, Kecamatan Sukomoro, Kabupaten Nganjuk dalam rangka memperingati Hari Buruh Internasional (May Day), Sabtu (1/5/2021)
Ketua Umum FSRP Jawa Timur, Jonatan mengatakan, kedatangan anggotanya dari Mojokerto ini dalam rangka berziarah ke Makam Marsinah.
“Itu (rombongan) ke makam kawan, marsinah salah satu saudara kita yang dulu saat sama-sama di Pasuruan, berjuang bareng,” kata Jonatan, Sabtu (01/05/2021).
Jumlah rombongan yang mengikuti kegiatan ini kurang lebih ada sekitar 60 orang. Karena kondisi pencegahan penyebaran covid-19, rombongan tidak bisa masuk semua untuk ke Makam.
Mereka sempat di fasilitasi Kepala Desa Nglundo untuk diantar ke Makam dan bertemu ke pihak keluarga Marsinah. Namun, dalam keadaan puasa dan pencegahan protokol kesehatan, mereka menitipkan santunannya.
“Kita sama-sama menghargai aparat kepolisian. Jadi kita memberikan santunan kepada pihak keluarga, yang kita titipkan ke bapak lurah,”ungkapnya .
Santunan itu akan diberikan ke salah satu keluarga dari Marsinah.
Menurut Jonatan, setiap tahun bersama anggotanya berziarah ke Makam Marsinah untuk mengingatkan perjuangannya. Perjuangan Marsinah di Pasuruan dan Surabaya yang membuat perubahan kesejahteraan buruh.
Saat akhir Tahun 1997, lanjut Jonatan, ke 1998. Marsinah gigih dengan perjuangannya. Walaupun Marsinah tidak di pengurus organisasi, hanya anggota biasa.
Tetapi, Marsinah gigih memperjuangkan hak sesama pekerja. “Sehingga merubah hal normatif yang seharusnya diberikan perusahaan. Jam kerja, upah yang saat itu diberikan selama 12 jam, dirubah menjadi 8 jam, upah ada perubahan,”pungkasnya
Untuk kedepan, Jonatan berharap covid-19 ini segera berakhir dan semua rakyat Indonesia diberikan kesehatan. Kemudian ada kesejahteraan buruh.
Dia juga meminta pemerintah mencabut Omnibus Law dan turunannya.Selain itu, ada kepastian kerja bagi yang kehilangan pekerjaan, jaminan sosial yang merata kepada buruh maupun rakyat.
Pemerintah diminta untuk mencabut inpres maupun perda-perda yang tidak sesuai dengan kesejahteraan buruh. Serta ada keluasan usai covid-19 untuk berziarah ke Makam aktifis buruh, Marsinah.
Salah satu perangkat Desa Nglundo, Eko Fitri Puji Harto mengatakan, kedatangan mereka sebenarnya belum ada koordinasi. Namun, pihak Desa tidak bisa menolak.
Sehingga rombongan dari Mojokerto ini di fasilitasi. “Mereka harus mentaati protokol kesehatan yang sangat ketat,”ungkap Eko Fitri Puji Harto
Menurut Eko, dari sejumlah 60 orang, hanya di perbolehkan 3 orang perwakilan. Sebenarnya, tamu dari luar kota ini dilarang.
Namun, karena sudah terlanjur datang. Desa memfasilitasi maksimal hanya 5 orang untuk ke Makam. Rombongan dari Mojokerto ini berkeinginan untuk datang ke rumah Marsinah.
Berhubung tidak ada koordinasi, lanjut Eko, keluarga Marsinah ini masih berada di sawah.
Berdasarkan informasi yang diterima, kedua orang tua Marsinah ini sudah meninggal dunia. Sementara, kakak kandungnya bernama Marsini berada di Sidoarjo. Untuk keluarga di Kabupaten Nganjuk, saat ini bekerja sebagai petani.